Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Peran Klub dalam Pembinaan Atlet Bulutangkis
08 September 2020
Peran Klub dalam Pembinaan Atlet Bulutangkis
 
 

Dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas), yang jatuh pada tanggal 9 September 2020, Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum menyelenggarakan bincang media pada Senin, 7 September. Bincang media yang dihelat secara virtual ini dihadiri puluhan wartawan olahraga nasional. Dalam kesempatan tersebut, PB Djarum menjelaskan ekosistem bulutangkis yang ideal sehingga dapat mengangkat prestasi Indonesia di kancah dunia.

Yoppy Rosimin, selaku Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, hadir bersama para narasumber lainnya yakni Christian Hadinata (Legenda Bulutangkis Indonesia dan Tim Penasihat PB Djarum), Hariyanto Arbi (Legenda Bulutangkis Indonesia dan Ketua Komunitas Bulutangkis Indonesia), Fung Permadi (Manager Team PB Djarum), serta dua atlet muda PB Djarum, Bernadine Anindya Wardana (asal Klaten, Jawa Tengah), dan Radithya Bayu Wardhana (asal Tanjung Pinang, Kepulauan Riau).

"Ekosistem bulutangkis Indonesia sangat penting dan sangat vital. Karena itu adalah rantaian yang tidak terputus dari pelaku-pelaku bulutangkis di Indonesia. Mata rantai pertama adalah klub dari daerah, yang merupakan cikal bakal pemain-pemain yang di daerah telah berlatih dan bertanding, untuk kemudian masuk ke klub besar dan dibina menjadi seorang juara," tutur Yoppy membuka perbincangan.

Oleh karenanya, Yoppy menyebut istilah "layer bawah" (pemula) atau lapisan atlet-atlet di kelompok usia di bawah 11 hingga 19 tahun, menjadi target usia pembinaan di PB Djarum. Sementara, guna menggairahkan ekosistem bulutangkis di Tanah Air, PB Djarum juga menyambangi berbagai kota di Tanah Air melalui Audisi Umum PB Djarum. Layer awal ini, menurut Yoppy, jarang dilirik oleh sponsor dan donatur di Indonesia.

Sponsor di Indonesia yang memiliki komitmen tinggi di layer bawah terhadap sebuah cabang olahraga itu sangat sedikit. Banyak memang yang menaruh minat pada liga-liga elite, tapi kita lupa bahwa kita juga membutuhkan layer bawah yaitu pembinaan di usia dini. Merekalah yang bakal menggantikan atlet-atlet di gelanggang elite tersebut,” jelasnya.