Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Bermula Dari Ekstrakurikuler
14 Februari 2011
Bermula Dari Ekstrakurikuler
 
 

Khawatir akan perkembangan anak yang cenderung dianggap lasak (bahasa medan yang berarti hyperaktif), Ferry Kinalsal segera mengambil pelajaran ekstra kurikuler olahraga untuk anak tertuanya Felix Kinalsal. “Guru sekolahnya menyarankan kepada ibunya agar memberikan kegiatan tambahan di luar jam sekolah,” ungkapnya memulai bercerita. Tujuan utama bapak dari tiga anak ini tidak lain adalah mengurangi keusilan anaknya yang cenderung mengganggu teman-temannya.

Ferry Kinalsal dan istri bukan pasangan atlet. Meski jika di runut, orang tua dari mamanya merupakan atlet atletik dan pemain sepak bola di masanya. Ia secara kebetulan mengenalkan anaknya pada dunia bulutangkis. Awalnya sang ayah mengawali pengenalan sang anak pada dunia oahraga melalui cabang renang. Setelah beberapa bulan kemudian, guru privat sang anak harus meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat strata 1. Jadilah felix kecil hanya bisa bermain di kolam renang tanpa pengawasan dari pembimbing. Dari rekan yang kebetulan tinggal berdekatan dengan gedung bulutangkis, didapat informasi bahwa ada pelatihan khusus bulutangkis untuk anak-anak. Sebagai orang tua, ia hanya sebatas menawarkan kepada putranya. Tak diduga sang anak merespon dengan cepat tawaran dari sang papa. Sempat terlintas pikiran untuk memberikan ekskul buat putra tercintanya olahraga beladiri. Namun pertimbangan lain membuat pengelola portal bulutangkis.com ini mengalihkan perhatiannya pada olahraga lain. “Akhirnya pilihan jatuh pada bulutangkis,” lanjutnya bercerita.

Jadilah Felix kecil mulai belajar mengayun raket. Lama-lama si sulung semakin mencintai olahraga yang awalnya hanya sebagai olahraga pengganti. Sebagai orang tua, Om Ferry, biasa ia dipanggil, rupanya menyadari akan kecintaan dan bakat anaknya pada olah raga yang mengandalkan kecepatan dan keakuratan ini. Mulailah ia mencoba lebih mengarahkan anaknya untuk lebih serius, termasuk mengikutikan anaknya pada ajang kompetisi bulutangkis. Ternyata diluar dugaan, sang anak menjawab tantangan ayahnya dengan merebut berbagai gelar juara. Felix mengawali karirnya dengan merebut runner up pada kejuaraan juara Milo open pada tahun 2005 dan di tahun berikutnya di balas tuntas dengan merebut gelar juara. Sebagai orang tua, ayah yang selalu mengenakan kacamata ini selalu berusaha untuk menemani putranya pada setiap pertandingan. Handycam dan threeport selalu menjadi teman setianya saat putranya berjibaku di karpet hijau. Ia pun dengan sepenuh hati mendukung anaknya untuk bergabung dengan dengan salah satu klub bulutangkis terbesar di tanah air, PB Djarum. Mulai dari proses audisi di kota Kudus, sampai melepas putranya di komplek pelatihan khusus ganda di Petamburan ia lakoni. Ia pun selalu menyempatkan diri untuk menjemput putranya saat libur latihan untuk berkumpul bersama keluarga di kota hujan, Bogor.

Perjuangan yang tak mengenal lelah serta pengorbanan waktu ia jalani demi mewujudkan cita-cita anaknya untuk menjadi juara di ajang Nasional maupun Internasional. Hasilnya pun berbuah manis. Berbagai gelar juara dalam negeri pernah dicicipi oleh putranya, termasuk ketika berhasil merengkuh juara ganda putra pada Sirkuit Nasional (Sirnas) di jakarta pada tahun 2010. Di dua ajang tur manca negara pertamanya Felix Kinalsal mampu menempatkan diri menjadi perempat Finalis ganda campuran Singapore International Series 2010 dan ganda putra kejuaraan Asia Youth U-17 2010. “Kebetulan anak kita mau berprestasi di olahraga, sebagai orang tua kita mendukungnya,” demikian ia beralasan.

Untuk urusan sekolah bagi sang buah hati, ia pun secara khusus mendatangkan guru privat sebagai pembimbing pada program home schooling. “Kita berharap orang tua, klub dan anak sebagai atlet mau membuka diri untuk menambah wawasannya”, ujarnya menutup percakapan. (AR)