Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Kenal Bulutangkis Karena Kebetulan
08 Februari 2012
Kenal Bulutangkis Karena Kebetulan
 
 

Semula Seiko Wahyu Kusdianto tak begitu tertarik dengan olahraga bulutangkis. Ia mengenal olahraga raket ini karena kebetulan semata. Lapangan bulutangkis yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya membuatnya sering datang ke lapangan. Apalagi sang ayah juga sering mengajaknya bermain bulutangkis meski hanya sekedar megayunkan raket saja.

Seiko“Sebenarnya saya hanya iseng di ajak bapak main bulutangkis di belakang rumah,” ujar Seiko membuka cerita. Lapangan yang dimaksud oleh juara ganda putra Cyprus International 2010 ini adalah lapangan terbuka, bukan lapangan tertutup. Sang ayah mengajaknya hampir tiap malam ke lapangan bulutangkis akhirnya membuatnya tertarik mencoba memukul shuttlecock. Awalnya tak ada yang mengajari. Seiko yang waktu itu masih di kelompok usia anak-anak, hanya mencoba memukul sendiri. Lama kelamaan minatnya pada bulutangkis semakin menjadi. Melihat hal ini, sang ayah tak tinggal diam. Ia pun lalu memasukkan Seiko pada salah satu klub yang ada di Kota Malang, kota kelahiranya. Dekatnya jarak latihan dari rumah yang hanya 3 km membuatnya lebih banyak pergi dengan berjalan kaki ketimbang diantar oleh orang tuanya. Ketika ia mulai masuk klub bulutangkis, ia masih menjadi siswa di sekolah dasar Negeri Kasin, Malang. “Waktu itu tahun 2003. Saya masih sekolah kelas 6 SD di SDN Kasin, Malang,” celotehnya.

Seperti halnya bocah kecil lainnya, juara ganda putra Brazil International Badminton Cup 2010 ini pun mengenal yang namanya mangkir alias bolos saat latihan. Rupanya hasrat bermain sepakbola yang menjadi kegemaran utamanya begitu besar sehingga mengalahkan kewajibannya berlatih bulutangkis. “Sebenarnya saya lebih suka bola daripada bulutangkis. Makanya jika saya bolos latihan, pasti saya main bola bersama teman-teman,”ujarnya membuka rahasia.

Tekad bulat menjadi juara begitu kuat dalam dirinya. Berulang kali, ia gagal lolos seleksi, tak membuatnya patah semangat. Tiga kali sudah ia gagal melewati audisi yang dilaksanakan di Kota Kudus. Itu belum termasuk kegagalannya mengikuti tes yang di lakukan di Petamburan, Jakarta. Tapi semuanya tak pernah menyurutkan langkahnya untuk tetap berusaha masuk menjadi atlet besutan PB Djarum. Pada tes kedua yang dilakukan di Jakarta, ia baru di terima. Dan tak hanya itu, ia pun tidak di ijinkan pulang ke kampung halamannya melainkan harus langsung mengikuti program latihan yang telah di buat oleh PB Djarum. “Waktu itu saya langsung di terima. Dan saya tidak di ijinkan untuk balik ke kampung karena PB Djarum sudah membuat program latihan,” ujarnya. Meski berat harus meninggalkan tanah kelahirannya, tetapi tekad bulat yang ada di dalam hatinya mengalahkan rasa rindu akan kampung halamannya. “Awalnya saya tidak kerasan. Inginnya pulang kampung terus. Tetapi saya harus tahan. Beruntung di asrama banyak teman, akhirnya home sicknya bisa hilang dengan sendirinya,” ujarnya berbagi rahasia.

Berbekal usaha yang keras inilah Seiko akhirnya bisa mencuat ke permukaan. Berbagai gelar juara dalam dan luar negeri pernah ia raih. Kocek dari hadiahpun semakin bertambah. Tapi ia tidak pernah melupakan jasa orang tua yang pernah membesarkannya. Sebagian hadiah yang ia terima, ia sisihkan untuk kedua orang tuanya. “Sebagian saya tabung, sebagian lagi untuk kedua orang tua saya,” tegasnya. Tetap berjuang Seiko. (AR)