Yuni Kartika adalah salah satu pahlawan tim Piala Uber Indonesia meraih juara pada tahun 1994, yang merupakan atlet asuhan PB Djarum. Sejak usia 11 tahun, Yuni sudah bermukim di asrama Kudus. Jauh dari orang tua di usia yang cukup belia, menjadi tantangan tersendiri yang akhirnya mampu dilewati oleh Yuni.
“Sebenarnya awal main bulutangkis itu nggak sengaja. Karena dari kecil sudah tomboy, dan senang mainan cowok. Dari situ dimasukin sama papa ke klub bulutangkis di Pekalongan, dan saat itu mulai main dan senang bulutangkis ternyata,” kata Yuni di program tayangan terbaru Indonesia Punya Nama episode 2 di mola.tv.
“Ingat banget waktu masuk PB Djarum dulu. Waktu itu masih kecil 11 tahun. Ninggalin orang tua di usia 11 tahun perjuangan banget, dan kangen sama rumah. Pokoknya hidupnya berubah total. Urusannya tiap hari hanya latihan, sekolah, dan istirahat. Semua kehidupan diatur untuk bukan menjadi anak-anak lagi, tapi jadi atlet bulutangkis,” kata Yuni menceritakan kepada host, Angie Ang.
Ternyata dalam perjalanannya menjadi atlet, Yuni mempunyai kisah yang tak bisa ia lupakan. Yaitu ditinggal sang Ibu untuk selama-lamanya saat Yuni bertanding di luar negeri.
“Waktu itu saya tanding di Thailand Open. Nah, keluarga saya dari Pekalongan naik mobil ke Jakarta terus kecelakaan. Ibuku saat itu meninggal, dan aku nggak tahu dan nggak dikasih tahu. Ibuku meninggal saat hari ulang tahunnya. Itu sih benar-benar saat paling sulit dalam hidupku,” papar Yuni.
Ingin tahu lebih dalam cerita perjalanan Yuni Kartika dari menjadi atlet hingga saat ini bisa menjadi presenter dan komentator bulutangkis sukses? Saksikan tayangan lengkapnya di Indonesia Punya Nama episode 2 di mola.tv. (AH)