Kursi kepelatihan tim Tunggal Putri Utama Pelatnas PBSI 2025 akan diisi oleh wajah baru, yaitu Imam Tohari sebagai Kepala Pelatih, yang didampingi oleh Nunung Subandoro sebagai Asisten Pelatih.
Imam sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pelatih Tunggal Putra U19 dan Dewasa di PB Djarum. Meskipun demikian, menurut Imam, posisi ini bukan hal baru baginya. Pria kelahiran Sidoarjo, 26 November 1978, ini mengaku pernah menangani tim nasional tunggal putri Jepang.
“Bisa dipercaya kembali oleh PBSI, saya sangat bersyukur. Ini adalah tantangan baru bagi saya. Memang selama ini saya melatih tunggal putra di PB Djarum, tetapi ketika melatih di Jepang, saya sempat juga menangani tunggal putri, bahkan sektor ganda pun pernah saya pegang,” ujar Imam, yang pada tahun 2013 pernah menjadi Asisten Pelatih Tunggal Putra Pelatnas PBSI hingga tahun 2016.
“Karakter pemain tunggal putra dan putri pasti berbeda, jadi tugas saya adalah pendekatan lebih dalam dengan karakter masing-masing pemain. Kalau masalah teknik, saya rasa tidak ada masalah,” tambah Imam.
Imam sendiri memiliki target yang ingin dicapai oleh timnya mulai tahun depan, salah satunya adalah di ajang All England 2025.
“Target prestasi yang ingin dicapai oleh tim tunggal putri tentu ada. Dalam beberapa bulan ke depan, mungkin dua bulan dari sekarang, ada turnamen besar All England, lalu Kejuaraan Dunia, Asian Games 2026, dan target jangka panjang di Olimpiade 2028. Selain itu, untuk World Tour yang bersifat berjenjang, hampir setiap bulan ada, dan kemenangan harus terus diupayakan. Harapannya, kami bisa meraih hasil terbaik di setiap turnamen yang diikuti,” jelas Imam.
“Selain itu, target saya tahun ini adalah menempatkan dua atau tiga tunggal putri yang masuk peringkat 10 besar dunia,” pungkas Imam.
Sekilas tentang Imam Tohari
Imam mengawali karirnya sebagai atlet dan berlatih di klub Wima Surabaya pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993-1994, Imam memutuskan pindah ke klub Pelita Jaya Jakarta, sebelum akhirnya bergabung dengan skuad ganda campuran Pelatnas PBSI pada tahun 1995. Berbagai prestasi ia raih selama di Pelatnas, salah satunya adalah menjadi juara India Open 1997 bersama pasangannya, Emma Ermawati.
Pada tahun 2000, Imam keluar dari Pelatnas dan pada tahun 2001, ia memutuskan untuk menjadi sparring di salah satu klub di Swedia dan Jepang.
Mulai tahun 2002, Imam memulai debutnya sebagai pelatih di salah satu klub di Jepang hingga tahun 2013. Nama-nama beken asal Jepang, seperti Aya Ohori (Tunggal Putri), Kento Momota (Tunggal Putra), Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Ganda Campuran), hingga Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Ganda Putra), pernah ditangani oleh Imam.
Pada akhir tahun 2013, Imam kembali ke Indonesia setelah dipanggil oleh Binpres PBSI, yang saat itu dipimpin oleh Rexy Mainaky. Imam diminta untuk menjadi Asisten Pelatih Tunggal Putra Pelatnas. Di tengah jalan, Imam akhirnya fokus menjadi pelatih Tunggal Putra Pratama, melatih atlet-atlet seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Ihsan Maulana Mustofa, dan beberapa atlet lainnya.
Pada tahun 2016, Imam keluar dari Pelatnas dan mendedikasikan dirinya untuk melatih di PB Djarum. Sejak saat itu hingga sekarang, Imam dipercaya sebagai Kepala Pelatih Tunggal Putra U19 dan Dewasa PB Djarum. Melalui tangan dinginnya, Imam mampu menghasilkan atlet-atlet junior PB Djarum yang berprestasi. Salah satunya adalah Moh. Zaki Ubaidillah, yang berhasil menjadi juara Indonesia Masters Super 100 di usia 17 tahun, serta Richie Duta Richardo yang baru-baru ini menjadi juara Malaysia International Series 2024.
Selamat kembali bertugas di Pelatnas, Coach Imam! (AH)