Inspiring Story
Home > Berita > Inspiring Story > Juara Dunia yang Sederhana
10 Oktober 2014
Juara Dunia yang Sederhana
 
 

Sejak kecil menjadi saksi kejayaan bulutangkis Indonesia di layar kaca, pemuda asal Palembang ini akhirnya mampu menyandingkan namanya bersama juara-juara dunia bulutangkis lainnya.

Hampir setiap hari, Ahsan kecil yang masih berusia 6 tahun harus bangun pukul setengah lima pagi untuk melakukan latihan fisik bersama ayahnya. Selepas sholat subuh hingga sebelum berangkat sekolah, setidaknya selama satu jam Ahsan lari pagi berkeliling kampung. Berbagai peralatan sederhana pun sengaja disiapkan sang ayah untuk melatih pergelangan tangan Ahsan, mulai dari pemukul kayu, hingga botol kecap yang diisi pasir.

Sang ayah memang terkenal disiplin, sebagai pecinta olahraga bulutangkis, ia juga aktif bermain bulutangkis hingga tingkat kabupaten. Namun kerasnya sang ayah bukannya tanpa alasan. Bagi Ahsan, semua yang dilakukan ayahnya adalah bentuk dukungan agar ia bisa menjadi pemain bulutangkis yang sukses. Ahsan kecil sangat paham, bahwa ini adalah sebuah perjuangan untuk mewujudkan mimpinya menjadi juara dunia bulutangkis, sekaligus jalan untuk mengubah keadaan ekonomi keluarganya. Karena itu ia tidak pernah mengeluh, penghargaan sederhana berupa empek-empek atau sate dari sang ayah sudah cukup membuat Ahsan senang.

Untuk mewujudkan impiannya, selepas lulus SMP Ahsan meninggalkan Palembang dan hijrah ke Jakarta bersama kakaknya. Ia kemudian bergabung dengan sebuah klub bulutangkis di Depok dan menjalani latihan yang berat, bahkan lebih berat dari yang pernah diberikan ayahnya dahulu. Usaha keras dan doa dari kedua orangtuanya perlahan membuahkan hasil. Prestasi Ahsan di tingkat nasional mulai merangkak naik, namanya pun mulai dikenal orang sebagai pemain spesialis ganda putra. Tentu saja Ahsan tidak berpuas diri, ia ingin meneruskan mimpinya menjadi pemain bulutangkis dengan gelar juara dunia. Ia sadar, semua itu hanya bisa dicapainya bila bergabung dengan klub yang besar.

Saat itulah, Ahsan bergabung dengan PB Djarum, karena menurutnya PB Djarum adalah salah satu klub bulutangkis terbaik di Indonesia. Ahsan bahkan sempat kaget dan sangat kagum dengan fasilitas latihan dari PB Djarum yang menurutnya sangat lengkap dan mewah. Bagai sudah ditakdirkan, begitu bergabung dengan PB Djarum prestasi atlet berusia 26 tahun ini langsung melesat dengan cepat. Belasan kejuaraan diikutinya dan bersama Hendra Setiawan, ia berhasil meraih posisi pertama di Indonesia, Jepang, Singapura, hingga Malaysia Open Super Series 2013. Puncaknya ketika ia menempati podium tertinggi di BWF World Badminton Championships 2013 dan Juara All England 2014. Bagi Ahsan, dukungan klub sangatlah penting. Klub yang baik adalah tempat dimana orang-orang di dalamnya saling mendukung layaknya sebuah keluarga.

Ahsan bersama Istri dan Ibunya

"Klub Djarum bagi saya sangat spesial dan lain daripada yang lain. Saat saya cedera pinggang, PB Djarum sampai menawarkan berobat ke Singapura. Belum pernah ada klub dengan perhatian yang begini besar" jelas Ahsan.

Mohammad Ahsan memang telah menggapai mimpinya untuk menjadi juara dunia. Namun keberhasilan bungsu dari tiga bersaudara ini tidak membuatnya besar kepala. Dia masih Ahsan yang dulu, yang rajin berlatih serta selalu menghormati orangtua. Bahkan hingga saat ini, sebuah sajadah dan raket besi pemberian orangtuanya masih ia simpan dengan baik. Bukti nyata bahwa latihan keras saja tidak akan membawanya menjadi juara dunia, bila tidak disertai dengan doa dan dukungan kedua orangtua.