Inspiring Story
Home > Berita > Inspiring Story > Denny Kantono, Dari Pulau Kalimantan Menuju Prestasi Dunia
24 Juli 2017
Denny Kantono, Dari Pulau Kalimantan Menuju Prestasi Dunia
 
 

Denny Kantono, salah seorang legenda bulutangkis yang menjadi tim pencari bakat dalam Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 di Cirebon. Ia mempunyai pengalaman yang layak untuk menjadi sebagai anggota tim pencari bakat. Sebagai pemain, ia telah meraih berbagai prestasi hebat. Ia pun sempat menjadi pelatih seusai gantung raket. Berikut riwayat singkat Denny Kantono.

 

Ia lahir di Samarinda 12 Januari 1970. Denny mulai bermain bulultangkis ketika berusia 10 tahun. Ia belajar dari kakaknya yang merupakan pebulutangkis lokal dan pernah memperkuat tim PON Kaltim. Kemudian, Denny bergabung dengan klub Sumber Mas Samarinda. Klub ini merupakan satu-satunya klub yang mampu mendatangkan pelatih dari Jawa. Salah satunya dari Djarum Semarang bernama Iwan Setiawan.

 

Iwan juga yang menawari Denny untuk ikut tes di Kudus tahun 1984 ketika ia duduk di bangku kelas 2 SMP. Saat itu ia sekaligus berangkat ke sebuah kejuaraan di Bandung, dengan sebelumnya singgah dulu di Kudus selama 3 hari untuk melakukan tes. Sepulang dari Bandung, ia menerima surat dari PB Djarum bahwa ia diterima di klub yang bermarkas di Kudus tersebut.

 

Denny berlatih di Kudus sampai lulus SMA. Tahun 1988, PB Djarum membentuk tempat latihan khusus ganda di Jakarta dibawah bimbingan Christian Hadinata. Denny pun ditawari untuk pindah ke Jakarta dan bermain di nomor ganda. Ia dilatih Christian hanya sampai dengan tahun 1990 karena Christian diminta menjadi pelatih Pelatnas.

 

Tahun 1991, Denny terpilih menjadi anggota tim Pelatnas. Ia menjadi skuat ganda campuran dibawah pelatih Imelda Wiguna. Denny dipasangkan dengan Zelin Resiana.  Denny/Zelin mencatatkan diri sebagai semifinalis Finlandia Terbuka. Kemudian mereka mencapai final Thailand Terbuka walaupun akhirnya kalah dari rekannya sendiri Aryono Miranat/Eliza Nathael. Di Tahun 1993, barulah Denny/Zelin berhasil menggengam gelar juara. Denny/Zelin menjuarai Taipei Terbuka setelah mengalahkan pasangan Denmark Max Gandrub/Marlene Thomsen di babak final.

 

Tahun 1993, ia ditawari bermain ganda putra dan kembali dilatih dilatih Christian Hadinata. Ia menerima tawaran tersebut dan mendapat pasangan Antonius Budhi Arianto. Mereka merintis mulai dari turnamen lokal, Jakarta Open. Karena menjadi juara, Denny/Antonius mendapat hadiah berangkat ke Kejuaraan Perancis dan Polandia Terbuka.

 

Mereka menjuarai Perancis Terbuka setelah mengalahkan rekannya Rudy Gunawan Haditono/Dicky P di partai puncak. Kemudian memenangkan partai final Polandia Terbuka atas Jim Laugessen/Janek Ross. Di tahun ini Denny/Antonius juga menjadi kampiun Hongkong Terbuka setelah pada partai pamungkas menang atas Pramote Teerawiwatana/Sakrapee Thongsari dari Thailand.  Disamping itu mereka menempati finalis Amerika Terbuka, namun kalah dari pasangan Denmark Thomas Lund/John Holst Christensen. Denny Kantono juga diturunkan di ajang SEA Games di Singapura dengan pasangan yang berbeda. Ia meraih perunggu ganda putra berduet dengan Rudy Gunawan dan perak ganda campuran berpasangan dengan Minarti Timur.

 

Tahun berikutnya Denny bersama Antonius semakin menancapkan kakinya sebagai pasangan ganda putra kelas atas dunia. Sepanjang tahun 1994, mereka meraih empat gelar juara, dua kali runner up dan dua kali semifinalis. Empat gelar juara dihasilkan dari turnamen Jepang Terbuka (mengalahkan pasangan Thailand Pramote Teerawiwatana/Sakrapee Thongsari di final), Belanda Terbuka (mengalahkan pasangan Inggris Simon Archer/Christ Hunt di final), Denmark Terbuka (mengalahkan pasangan Denmark Thomas Lund/John Holst Christensen di final) dan Thailand Terbuka (mengalahkan pasangan Thailand Pramote Teerawiwatana/Sakrapee Thongsari di final). Pencapaian runner up diperoleh di Korea Terbuka dan Jerman Terbuka, sedangkan hasil semifinalis dari All England dan Indonesia Terbuka.

 

Sedikit penurunan prestasi ditahun 1995 dimana Denny/Antonius hanya meraih satu gelar juara di Taipei Terbuka setelah mengalahkan Yee Guan Yap/Yee Hup Yap dari Malaysia. Selebihnya, mereka runner up Indonesia Terbuka dan Singapura Terbuka serta semifinalis Amerika Terbuka. Denny juga dipercaya memperkuat tim SEA Games. Bersama Antonius, ia meraih medali perunggu setelah kalah dari pasangan Malaysia Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock di semifinal. Sedangkan di ganda campuran, Denny yang kali ini berpasangan dengan Eliza hanya meraih medali perak. Medali emas ganda campuran menjadi milik rekannya sendiri Tri Kusharjanto/Minarti Timur.

 

Prestasi Denny/Antonius kembali membaik di tahun 1996. Mereka mampu meraih juara turnamen paling bergengsi di tanah air, Indonesia Terbuka. Di semifinal, mereka mengalahkan Tony Gunawan/Rudy Wijaya, 15-11, 11-15, 15-6. Kemudian di partai puncak, mengalahkan rekannya yang lain Halim Haryanto/Davis Efraim, 15-3, 15-10.  Selain itu mereka juara Taipei Terbuka (mengalahkan pasangan Swedia Par Gunnar Johnson/Peter Axelsson dari Swedia) dan Hongkong Terbuka (mengalahkan pasangan Malaysia Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock).

 

Medali perunggu Olimpiade Atlanta berhasil mereka persembahkan untuk melengkapi medali emas yang diraih rekannya Ricky Subagja/Rexy Mainaky. Denny/Antonius kalah di semifinal dari pasangan Malaysia Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock, 10-15, 4-15. Di perebutan medali perunggu Denny/Antonius berhasil mengalahkan pasangan negeri jiran lainnya Soo Beng Kiang/Tan Kim Her.

 

Tahun-tahun berikutnya, mereka tetap bertahan di papan atas dunia tetapi sudah mulai menurun dalam perolehan gelar juara. Tahun 1997, mereka hanya meraih satu gelar juara di Kejuaraan Asia dengan mengalahkan Choong Tan Fook/Lee Wan Wah dari Malaysia. Demikian pula tahun 1998, mereka merebut satu gelar juara di World Badminton Grand Prix Final dan tahun 1999 mengkoleksi juara Taipei Terbuka dengan menundukkan pasangan Malaysia Cheah Soon Kit/Choong Tan Fook.

 

Setelah pensiun, ia sempat berkarir sebagai pelatih di klub PB Djarum hingga tahun 2005. Diantara anak didiknya antara lain Tontowi Ahmad, Fran Kurniawan dan Yonathan Suryatama. Kemudian, ia mundur dan sempat menjadi pelatih kembali satu tahun, yakni tahun 2008 dengan anak didiknya Meiliana Jauhari dan Shendy Puspa. Setelah itu ia menjalani profesi dibidang lain, namun sesekali menjadi anggota tim pencari bakat dalam Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. (Hendri.K)