Darah kental atlit yang melekat erat dalam dirinya berasal dari keluarganya. Siapa sangka, jika bocah pemalu ini mempunyai ayah seorang peraih medali perunggu Olimpiade Barcelona, Spanyol pada tahun 1992, serta seorang ibu yang pernah menjadi runner up All England pada tahun 1991.
Telah dua kali Andrew mengikuti Sirkuit Nasional (Sirnas) tahun lalu, dan semuanya bertahan hingga babak perempat final. Menghadapi Sirnas yang akan diselenggarakan di Balikpapan, penggemar film Night at the Museum 2 ini mengaku telah mempersiapkan segalanya dengan cukup matang. Disamping latihan rutinitas, pelatih menambah porsi latihan dari sisi tehnik. Oleh sang pelatih, Andrew diberi target masuk delapan besar, tetapi ia berharap lebih, yakni, mampu meraih gelar juara.
"Lawan terberat adalah diri sendiri," ujar penggemar artis Jacky Chan ini.
Atlit yang bertanding di kelompok Remaja ini dilatih oleh Ferry, mantan pemain yang pernah masuk delapan besar pada Kejuaraan Dunia pada tahun 2004. Andrew sangat menyukai pelatih yang dipanggilnya dengan sebutan Koh Ferry ini "Dia mengajarkan saya untuk semangat dan pantang menyerah dalam bermain bulutangkis."
Sang Ibu, Sarwendah Kusumawardhani, serta sang ayah, Hermawan Susanto, menjadi orang yang pertama kali mengenalkannya pada dunia bulutangkis. Umur lima tahun, Andrew mulai memegang raket bulutangkis. Andrew kecil memulai berlatih bulutangkis pada PB Mei yang terletak di daerah Jakarta Timur. Di klub ini pula lah, sang ibu dulu berlatih dan sekarang menjadi pelatih.
Tahun 2009, Andrew bergabung dengan PB Djarum yang berada di kota Kudus, Jawa Tengah. Pengagum Lin Dan serta Taufik Hidayat ini memilih PB Djarum karena fasilitasnya yang lengkap serta telah menelurkan banyak pemain yang handal. "Kudus juga kampungku sendiri," tambahnya.
Meski usianya baru akan mencapai 14 tahun pada bulan Juli nanti, namun jiwa mandiri sudah tertanam dalam dirinya. Keinginan kuat untuk mengikuti jejak kedua orang tuanya menjadi motivasi tersendiri bagi bocah pemalu tapi mandiri ini. (AR/dc)