Siapa yang tidak kenal dengan Liem Swie King, salah satu legenda bulutangkis dari Indonesia. Pemilik gelar “King Smash” pernah menjadi sosok yang paling ditakuti di jagat bulutangkis. Namanya pun pernah menghiasi daftar juara pada kejuaraan bergengsi All England. Dengan smash yang menjadi senjata pamungkasnya, ia pernah berjaya di kejuaraan yang sering disebut-sebut sebagai kejuaraan dunia tidak resmi.
Nama Liem Swie King tercatat sebagai pemain yang pernah menjadi juara sebanyak tiga kali pada kejuaraan All England. Tetapi perjalannya di Inggris tidak semulus seperti yang dibayangkan. Pertama kali menyentuh Wembley Arena, London, pada tahun 1974, King hanya bisa sampai di babak perempat final. Ia dikalahkan jagoan Denmark, Sven Pri dengan 5-15, 5-15. Pada uji coba yang kedua di tahun 1975 pun, namanya belum bisa berkibar sebagai juara. Pemain asal Denmark lainnya, Flemming Delfs mengalahkan King dengan skor 8–15, 13– 18 pada babak delapan besar.
Prestasinya mulai meningkat, pada kali ketiga atau tepatnya pada tahun 1976, King mulai melesat ke babak puncak. Ia pun mulai bisa mengalahkan salah satu musuh bebuyutannya, Sven Pri. King menghancurkan pemain asal Denmak pada babak perempat final dengan 18-17, 15-2. Usai menang 15-10, 15-2 dari Sture Johnsson asal Swedia pada babak semifinal, King akhirnya bersua dengan Rudy Hartono. Sayangnya King kalah di babak puncak dengan 7-15, 7-15.
King kembali gagal pada usahanya yang keempat. Pada tahun 1977, King yang sudah berada pada babak final harus mengakui ketangguhan pemain asal Denmark, Flemming Delfs. King kalah rubber game 17-15, 11-15, 8-15.
Nama Liem Swie King akhirnya tertulis dalam tinta emas All England. Pada tahun 1978, King berhasil merebut gelar juara pada usahanya yang kelima. Tiga pemain Denmark termasuk Sven Pri ia taklukkan. Bahkan Sven Pri dihentikan pada babak perempat final dalam dua game, 15-10, 15-5. King meluncur ke babak final usai menang dari rekannya Iie Sumirat. Di babak final, King menghentikan aksi rekannya Rudy Hartono dengan 15-10, 15-3.
King berhasil mempertahankan gelar juaranya pada tahun 1979. King menjadi satu-satunya pemain di luar Denmark yang berhasil menerobos babak semifinal. Hebatnya, ia bisa mencetak gelar juara. Di babak final, Flemming Delfs menjadi pemain yang dikalahkannya dengan 15-7, 15-8.
King gagal mempertahankan gelar pada tahun 1980, meski ia bisa menempatkan diri di babak final. Di luar dugaan, pemain asal India, Prakash Padukone bisa mengalahkannya dengan 3-15, 12-15. King pun harus puas dengan status runner up.
Gagal di tahun 1980, King kembali mencoba pada tahun 1981. Hasilnya pun luar biasa. Lagi-lagi ia bisa tampil sebagai juara dan mendapatkan gelar juara All England untuk ketiga kalinya. Kemenangannya menjadi sempurna karena pada babak final ia bisa membalas kekalahannya dari Pakash Padukone. King menang rubber game 11-15, 15-4, 15-6. (AR)