Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > Sejarah Piala Sudirman, Kejuaraan Beregu Bergengsi Dunia yang Diinisiasi oleh Indonesia
22 September 2021
Sejarah Piala Sudirman, Kejuaraan Beregu Bergengsi Dunia yang Diinisiasi oleh Indonesia
 
 

Piala Sudirman adalah kejuaraan bulutangkis beregu campuran bergengsi di dunia yang diadakan setiap dua tahun sekali. Pada pertandingan ini, kekuatan tim secara menyeluruh dari satu negara akan diuji. Lima sektor dalam bulutangkis, yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran, dimainkan dalam tiap pertandingan.

Piala Sudirman diambil dari nama Dick Sudirman, salah satu pendiri PBSI dan pernah menjabat sebagai Ketua PBSI terlama, 22 tahun, yaitu dari 1952-1963 dan 1967-1981. Ia juga disebut sebagai Bapak Bulutangkis Indonesia. Sudirman yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 19 April 1922, memiliki jasa yang sangat besar tak hanya bagi PBSI namun juga Konfederasi Bulutangkis Asia (BAC) dan Federasi Bulutangkis Internasional (IBF).

Ada banyak kontribusinya terhadap bulutangkis, tetapi ia paling dikenang karena peran pentingnya dalam membantu penyatuan badan pengatur bulutangkis dunia. Dikutip dari situs resmi BWF, pada bulan Februari 1978, terjadi perpecahan di dalam IBF dan membentuk kelompok dengan nama Federasi Bulutangkis Dunia (WBF). Hal ini membuat ada dua sirkuit yang berjalan secara bersamaan.

Sudirman yang memiliki teman di kedua badan dunia tersebut akhirnya memprakarsai pertemuan informal di Bandung pada 28 Mei 1979. Ia mengusulkan pembentukan kelompok studi kerja yang terdiri dari tokoh-tokoh kedua federasi, untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan. Sudirman juga menyarankan pertandingan persahabatan antara pemain dari kedua federasi. Usulannya diterima dan menjadi dasar bagi upaya rekonsiliasi. Tepat dua tahun kemudian, pada 28 Mei 1981, kedua badan dunia itu bersatu dalam IBF dan di kemudian hari menjadi Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

Sudirman tutup usia karena sakit stroke pada 10 Juni 1986. Teman lamanya dan wakil ketua PBSI Suharso Suhandinata menulis surat kepada Presiden IBF Arthur Jones untuk mengingat kontribusi Sudirman di bulutangkis. Suhandinata sendiri sebenarnya, telah mengunjungi Sudirman pada malam sebelum kematiannya. Dalam surat Agustus 1986 itu, Suhandinata menyarankan untuk membuat sesuatu hal yang nyata dalam rangka mengenang jasa Sudirman.

Gagasan tersebut diangkat untuk didiskusikan pada pertemuan Dewan IBF oleh Arthur Jones pada tahun 1986. Pada tahun 1988 akhirnya IBF yakin akan kemungkinan mengadakan Kejuaraan Beregu Campuran Dunia dan menerima tawaran piala dari Indonesia. Karena kalender yang ketat, Dewan IBF memutuskan bahwa Piala Sudirman diselenggarakan bersamaan dengan Kejuaraan Dunia, tetapi pada tahun-tahun alternatif.

Piala Sudirman, seperti piala besar lainnya di bulutangkis yaitu Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Suhandinata, adalah karya yang luar biasa, sebab mampu menyatukan unsur bulutangkis dan warisan budaya Indonesia, sebagai negara yang menyumbangkan piala.

Dibuat untuk menghormati Dick Sudirman, piala ini terbuat dari perak padat berlapis emas 22 karat. Trofi tersebut dibuat oleh Perusahaan Masterix Bandung dengan biaya USD15.000 dan diserahkan kepada Federasi Bulutangkis Internasional pada Mei 1989.

Piala Sudirman pertama kali dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno di Indonesia dari 24-29 Mei 1989 dengan 28 tim yang berpartisipasi. Itu terbukti sangat populer di kalangan pemain dan penggemar, sehingga pada edisi kedelapan, menjadi momentum yang cukup untuk dipentaskan sebagai turnamen yang berdiri sendiri.

Kejuaraan ini diadakan setiap dua tahun sejak tahun 1989. Indonesia memenangkan edisi perdana di rumah sendiri dan menjadi satu-satunya gelar yang bisa direbut. Korea muncul sebagai juara dalam dua edisi berikutnya, diikuti oleh China, yang memenangkan semua edisi kecuali satu dari 1995 hingga 2015. Korea sempat menginterupsi dominasi China pada 2003.

China kembali menjadi favorit pada tahun 2017 tetapi dikejutkan oleh tim Korea dengan beberapa pemain muda yang tidak berpengalaman di final yang menegangkan di Gold Coast, Australia. Kemenangan 3-2 untuk Korea memberi mereka gelar Piala Sudirman keempat mereka. (NAF)