Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > Memorabilia Tim Uber Indonesia
11 Februari 2012
Memorabilia Tim Uber Indonesia
 
 

Jika berbicara tentang dunia bulutangkis, maka negara China patut di kedepankan. Berbagai prestasi di tingkat dunia telah diraih oleh putera-puteri China. Di bagian putri, prestasi China malah sangat fantastis. Dominasi China begitu perkasa. Tak hanya di tunggal, di nomor ganda puteri pun China merajalela.


Prestasi China tak hanya gemerlap di nomor perorangan, di nomor beregu pun pemain negeri tirai bambu ini begitu kuat. Dalam daftar peringkat yang di keluarkan oleh badan bulutangkis dunia atau World Badminton Federation tiga peringkat teratas tunggal putri di kuasai pemain China. Di nomor ganda pun, dua pasang ganda putri China bercokol di dua urutan teratas. Wajar jika BWF menempatkan tim uber China menjadi tim yang menduduki unggulan pertama dalam perebutan piala Uber.


Keadaan terbalik dengan kekuatan tim uber Indonesia. Di nomor tunggal pemain-pemain putri Indonesia masih berkutat dalam urutan lima puluh besar dunia. Firda yang menjadi tunggal utama putri Indonesia hanya berada pada peringkat tiga puluh lima dunia. Keadaan sedikit lebih baik di nomor ganda. Meiliana Jauhari, pemain asal PB Djarum yang berpasangan dengan Greysia Polii masih tetap bertahan pada sepuluh besar dunia. Dibawahnya ada terdapat nama pasangan baru Nitya Krishinda Maheswari/Anneke Feinya Agustin yang menempati peringkat ke tujuh belas dunia.


Mengaca pada peringkat dunia yang ada, pertarungan yang harus di hadapi pasukan putri Indonesia pada babak kualifikasi, ibarat pertempuran antara David dan Golliath. Indonesia yang datang ke babak kualifikasi harus berjuang melawan negara-negera yang kekuatannya lebih merata.


Ada hikmah unik di balik cerita David – Goliath. Dalam kisah itu di ceritakan bagaimana David yang mempunyai tubuh kecil justru bisa menang ketika harus menghadapi Goliath yang mempunyai tubuh lebih besar. David yang tak pernah putus asa justru bisa mengalahkan Golliath karena kecerdikannya.


Kisah heroik sejenis ini lah yang pernah di alami oleh tim srikandi Indonesia. Indonesia yang belum sekuat tim putri China justru pernah menekuk China dua kali berturut-turut pada tahun 1994 dan 1996. Satu kali terjadi di kandang Indonesia terjadi pada tahun 1994, satu lagi terjadi di Hongkong, negeri yang mayoritas di padati oleh penduduk China pada tahun 1996. Indonesia waktu itu masih di wakili oleh pemain legendaris Susi Susanti dan juga bocah ajaib Mia Audina.


Di tahun 2008, sejarah serupa nyaris terulang. Indonesia yang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah putaran final di luar dugaan mampu menembus partai final. Tetapi sayang pemain China kembali menjadi batu sandungan bagi tim uber Indonesia. Indonesia harus menyerah di tangan pemain China. Tetapi apa yang telah di pertontonkan oleh tim uber Indonesia patut di beri apresiasi. Mereka yang di pandang sebelah mata dan hanya di beri target menembus semifinal justru mampu tampil menjadi runner up.


Berkaca dari pertistiwa tadi bukan tidak mungkin apa yang telah di lakukan David terhadap Goliath tertular kembali kepada tim uber Indonesia kali ini. Tiga peristiwa tadi cukup mewakili apa yang pernah di lakukan oleh tim uber Indonesia. Pemain Indonesia mempunyai kekuatan berlebih jika bermain secara beregu. Kekuatan magis seolah-olah menempel ketat kepada pemain-pemain Indonesia jika harus mengusung nama Indonesia di dada mereka. Pemain-pemain Indonesia seolah tak pernah takut dan tak mengenal lelah berjuang sampai tetas darah penghabisan. Hal ini lah yang sering ditakutkan oleh lawan-lawan Indonesia. Mereka gentar menghadapi mental dan semangat bertanding yang dimiliki pemain Indonesia. Modal inilah yang nantinya akan di jadikan senjata oleh pemain Indonesia untuk menembus putaran final piala Thomas dan Uber. Indonesia masih mempunya satu kekuatan tambahan lagi, yakni semangat kebersamaan. Tim Indonesia terkenal memiliki rasa kebersamaan dan kekompakan antar sesama pemain yang tinggi. Susi Susanti, mantan ratu bulutangkis Indonesia yang di percaya menjadi manajer tim piala uber pada tahun 2008 berhasil merajut kekompakan tim menjadi salah satu kekuatan.


Keunggulan non skill ini hendaknya terus di gali, di pupuk dan dipelihara agar nanti pada saat pertandingan babak kualifikasi piala Thomas dan Uber, dapat dijadikan senjata tambahan bagi pemain Indonesia dan tentunya tim uber Indonesia mampu menembus putaran final. Maju tim uber Indonesia. (AR)