Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > [ASEAN Para Games 2022] Cerita Rina Menjadi ART dan Tukang Ojek Sebelum Menjadi Atlet
01 Agustus 2022
[ASEAN Para Games 2022] Cerita Rina Menjadi ART dan Tukang Ojek Sebelum Menjadi Atlet
 
 

Sulitnya perjalanan hidup pernah dirasakan atlet para bulutangkis Indonesia, Rina Marlina. Terlahir dengan tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal (dwarfisme), dan dibesarkan oleh seorang ibu sejak dirinya berusia 10 tahun setelah sang ayah wafat, mengharuskan Rina untuk berjuang demi menyambung hidupnya.

Saya ditinggalkan ayah pas kelas 3 SD. Jadinya nggak nerusin sekolah ke SMP karena nggak punya biaya, jadi waktu itu langsung ikut jadi asisten rumah tangga (ART) di Bandung bareng Ibu kurang lebih 3 tahun. Setelah itu pulang lagi ke kampung, dan saya menjadi tukang ojek. Pokoknya waktu itu saya serabutan saja yang penting jadi uang. Karena setahu saya orang yang seperti saya ini (short stature) mau kerja apa?” ungkap Rina saat menceritakan masa lalunya sebelum menjadi atlet.

Atlet kelahiran Tasikmalaya, 3 November 1993 itu pun menceritakan awal mula dirinya menekuni olahraga bulutangkis hingga kini tergabung di Pelatnas Para Bulutangkis.

Saya main bulutangkis dari 2010. Awalnya saya dulu sempat jadi wasit di kampung, karena rumah saya dekat dengan GOR Bulutangkis. Waktu itu niatnya biar ada uang jajan saja, lumayan kalau sekali ngewasitin dapat 2 ribu rupiah. Dari jam 11 pagi sampai jam 7 malam saja saya terus di lapangan buat ngewasitin,” ujar Rina.

Terus pada suatu hari pas orang lagi pada istirahat, saya coba-coba main, dan ternyata lumayan seru juga. Tetapi waktu itu karena saya nggak punya uang buat beli raket, saya pakai piring seng buat main-main bareng temen. Akhirnya Ibu saya nggak tega melihat saya, jadinya saya dibelikan raket oleh ibu saya. Dari situ jadi rutin main sama orang-orang di kampung, bareng ibu-ibu dan kadang bapak-bapak,” papar Rina.

Modal kemampuannya bermain bulutangkis, Rina pun sering diajak bermain dari satu GOR ke GOR lainnya, tanpa diminta membayar sepeserpun.

Terus saya sering main dari GOR ke GOR di Tasikmalaya, dan saya modal bisa main bulutangkis saja, nggak modal keluar uang. Akhirnya saya ikut turnamen yang normal. Terus ketemu saya Pak Ukun Rukaendi (Atlet Para Bulutangkis) tahun 2018. Awalnya saya masih belum ngerti apa NPCI itu. Akhirnya saya dijelasin dan langsung tertarik,” tutur Rina.

Prestasi Rina pun sudah langsung terlihat kala itu. Mewakili Tasikmalaya di ajang Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) 2018, Rina langsung menggondol medali emas di kelas tunggal putri SH6. Lalu Rina mendapat medali emas di ajang Kejuaraan Nasional hingga membawanya masuk ke Pelatnas Para Bulutangkis di tahun 2019.

Prestasi yang paling mengesankan bagi Rina yaitu di ajang Pekan Paralimpik Indonesia (Peparnas) 2021 di Papua. Kala itu dirinya berhasil menyumbangkan medali emas bagi Jawa Barat. Berkat keberhasilannya itu, Rina mendapat bonus dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan bonus tersebut digunakan untuk membangun rumah bagi sang ibu di kampung halamannya, Tasikmalaya.

Di ASEAN Para Games 2022 kali ini, Rina pun berharap bisa kembali mendapatkan emas. Bukan tanpa alasan, selain ingin mengharumkan nama Indonesia, Rina juga berkeinginan memberangkatkan sang Ibu untuk menjalani ibadah Umroh ke Mekah.

Mudah-mudahan bisa dapat medali emas di sini agar bisa mengharumkan nama Indonesia. Saya juga ingin mengubah nasib dan ngebahagiain orang tua. Cita-cita saya kalau juara di sini ingin berangkatin ibu saya umroh,” tutup Rina. (AH)