Alumni
Home > Profil > Player of the month > Tontowi Ahmad, Harapan Indonesia
Juni 2011
Tontowi Ahmad, Harapan Indonesia

Tontowi Ahmad, pemain spesialis ganda campuran yang berpasangan dengan Liliyana Natsir mencatat prestasi yang menggembirakan bagi perbulutangkisan Indonesia. Meskipun hanya meraih posisi runner-up di namun Indonesia Open Super Series Premier tetapi sebelumnya menyabet tiga gelar berturut-turut dari turnamen yang diikutinya. Mulai dari juara India Open Super Series dan Malaysia Open Grand Prix Gold diawal bulan Mei lalu sempat jeda karena cedera yang dialami Liliyana kemudian kembali menggebrak arena Singapore Open Super Series di pertengahan bulan Juni.

Dalam dua turnamen terakhir, di Singapura dan Indonesia mereka membabat semua ganda campuran terbaik China sekaligus ganda campuran terbaik dunia. Berikut perjalanan Tontowi Ahmad bersama Liliyana Natsir dalam meraih juara di Singapura dan runner-up di Indonesia.

Babak I Singapore Open (15/06/2011)
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir belum menemui rintangan berarti menghadapi pasangan muda China Qiu Zihan/Bao Yixin. Bao Yixin merupakan pemain putri China yang mempunyai rekam jejak bagus saat yunior. Dia adalah juara dunia yunior dan juara Asia yunior ganda campuran 2010. Namun dengan mudah Tontowi/Liliyana menang dua set langsung 21-13, 21-12. “Dari segi manapun secara teknik, Tontowi/Liliyana masih unggul dari mereka,” tutur sang pelatih Richard Mainaky seusai pertandingan.

Babak II Singapore Open (16/06/2011)
Momok bagi pemain Indonesia ketika harus berhadapan dengan pemain-pemain China berhasil didobrak Tontowi/Liliyana. Setelah di babak pertama mengalahkan pemain muda negeri tirai bambu itu, selanjutnya giliran juara All England 2011 Xu Chen/Ma Jin menjadi korban kiprah pasangan harapan Indonesia ini. “Kita memang mengincar titik lemah pasangan ini yaitu Xu Chen yang tidak cocok dengan bola-bola cepat,” ungkap Richard Mainaky saat itu. Namun sebuah kejutan, Tontowi/Liliyana mampu menang cepat dua set langsung 21-14, 21-10

Babak Perempatfinal Singapore Open (17/06/2011)
Penggemar bulutangkis pasti mengenal kehebatan seorang Lee Yong Dae. Pemain terbaik Korea yang berprestasi di ganda putra dan ganda campuran. Bahkan dia adalah peraih emas ganda campuran Olimpiade Beijing 2008 bersama Lee Hyo Jung. Namun kali ini Lee Yong Dae yang berpasangan dengan pemain top Korea lainnya Ha Jung Eun dibuat tidak berkutik oleh Tontowi/Liliyana yang menang dengan 21-14, 21-16.

“Karena Lee Yong Dae pemain berpengalaman, awalnya saya memprediksikan kalau pertandingan akan ketat, walaupun saya yakin bisa menang,” ujar Liliyana mengomentari pertandingannya.

“Pukulan-pukulan Tontowi juga akurat dan saya juga bisa jaga didepan, jadi saya dan Tontowi semakin yakin,” tambah Liliyana

Babak Semi Final Singapore Open (18/06/2011)
Mengecap rekor belum pernah menang dari pasangan nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) tidak membuat gentar Tontowi/Liliyana. Meskipun sempat tertinggal 17-20 di set pertama, tetapi mereka malah berbalik menang 23-21. “Saat kita tertinggal, kita fokus, bermain nothing to lose, dan ubah strategi jadi lebih banyak menyerang,” ujar Tontowi. Akhirnya, dua kali kekalahan sebelumnya terbalaskan setelah menutup set kedua dengan 21-16

Babak Final Singapore Open (19/06/2011)
Lawan yang dihadapi di partai puncak Chen Hung Lin/Cheng Wen Hsing (TPE) relatif lebih mudah. Meskipun mereka merupakan pemain-pemain ganda papan atas tetapi prestasinya masih dibawah pasangan Indonesia. Tontowi/Liliyana merebut gelar juara setelah menang dengan 21-14, 27-25. Gelar ini merupakan yang ketiga berturut-turut dari turnamen yang diikut setelah sebelumnya juara di India Open Super Series dan Malaysia Open Grand Prix Gold. Kemenangan ini juga melonjakkan peringkat mereka menjadi peringkat ke-2 dunia dibawah Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Babak I Indonesia Open (22/06/2011)
Ujian berat kembali harus mereka hadapi di babak awal turnamen yang berlabel super series premier ini. Mereka kembali bertemu pasangan sekelas Lee Yong Dae/Ha Jung Eun (KOR). Berbekal kemenangan pekan sebelumnya di Singapura, Tontowi/Liliyana kembali menang dengan 21-17, 21-14. “Kita ada gambaran dari permainan sebelumnya saat melawan mereka, dan kemenangan kemarin menjadi penyemangat,” kata Liliyana

Babak II Indonesia Open (23/06/2011)
Kemenangan berlanjut ketika menghadapi pasangan Jepang, Shoji Shato/Shizuka Matsuo. Mereka unggul dengan cukup meyakinkan 21-8, 21-12.

Babak Perempatfinal Indonesia Open (24/06/2011)
Pasangan kuat dari China lainnya yang menjadi juara Malaysia Open Super Series 2011, He Hanbing/Yu Yang menjadi lawan berikutnya. Tiada lawan yang tidak bisa dikalahkan telah terpatri di benak pasangan Indonesia. Meskipun menghadapi pasangan yang telah lebih dulu mapan di papan atas dunia, tidak membuat pasangan Indonesia gentar. Pasangan Indonesia ini menang atas peraih perunggu Olimpiade Beijing 2008 itu dengan 21-19, 24-22.

Babak Semi Final Indonesia Open (25/06/2011)
Pasangan Thomas Laybourn/Kamilla Rhytter Juhl sering menjadi momok bagi Liliyana Natsir ketika berpasangan dengan Nova Widianto karena selalu kalah di tiga pertemuan terakhir mereka. Namun kali ini, bersama Tontowi, membuat pasangan Denmark itu cukup terkejut.
“Kami bermain cukup baik, namun kami menghadapi pasangan yang lebih baik lagi. Liliyana bermain sedikit berbeda dibanding saat dengan Nova, dan Tontowi bermain sangat sangat bagus, dan itu menyulitkan kami,” ujar Laybourn. Tontowi/Liliyana pun menang dengan 21-15, 21-14.

“Tontowi begitu cepat dan bermain baik di depan net dan inilah yang membuat mereka sangat berbahaya,” ungkap Laybourn

Final Indonesia Open (26/06/2011)
Perjalanan melelahkan akhirnya terhenti juga. Tontowi/Liliyana belum mampu mempersembahkan gelar juara di hadapan publik Istora yang mendukungnya. Mereka kalah dari pasangan nomor satu dunia yang dikalahkan pekan sebelumnya, Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) di pertarungan tiga set 22-20, 14-21, 9-21. “Di game kedua sebenarnya saya sudah bermain lepas. Namun saya emosi dengan keputusan lines man tadi, padahal bola itu seharusnya masuk,” kata Tontowi. Pelajaran penting dipetik seorang bintang baru seperti Tontowi Ahmad untuk lebih mengontrol emosi dirinya.

Pencapaian Tontowi bersama Liliyana telah membangkitkan harapan Indonesia untuk mempertahankan tradisi emas Indonesia di Olimpiade tahun depan. Semoga.