Alumni
Home > Profil > Player of the month > Dionysius Hayom Rumbaka
Januari 2010
Dionysius Hayom Rumbaka

Masa Depan Tunggal Putra Indonesia

Berbicara sektor tunggal putra, Indonesia pernah memiliki stok pemain yang berkualitas yang melimpah. Sebagai contoh era 90-an Indonesia memiliki tujuh pendekar hebat yaitu Alan Budi Kusuma, Ardy. B. Wiranata, Joko Suprianto, Hermawan Susanto, Fung Permadi, Bambang Suprianto dan Hariyanto Arbi. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia hanya tertumpu pada Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso. Indonesia bak kesulitan mencari pelapis mereka.

Di tengah kegamangan tersebut, muncullah Dionysius Hayom Rumbaka. Pemain muda berusia 21 tahun dengan postur 182 cm ini bermain secara ofensif (menyerang) dan memiliki senjata andalan smes keras dan permainan net yang baik. Gaya permainannya Hayom tersebut mengingatkan kita kepada pemilik julukan "Smash 100 watt" Hariyanto Arbi.

Pemain klub PB Djarum ini, mulai mengumpulkan prestasi internasional tahun 2009 ini. Gelar pertamanya di Banuinvest International Series, Romania Maret silam ia akui sebagai pengalaman paling berkesan karena itulah gelar juara pertama internasional pertamanya. Dua gelar juara pertama lainnya ia capai setelahnya, di Australia Open Grand Prix dan Indonesia Challenge.

Hayom yang berperingkat 30 dunia per rilis BWF 24 Desember 2009 ini, terlihat mumpuni saat bertanding di tiga turnamen secara beurutan dalam tiga minggu bulan Juli sampai Agustus lalu. Di mulai dari turnamen sekelas Australia Open Grand Prix. Di babak semifinal, Hayom berhasil mengandaskan pemain nomor satu Hongkong sekaligus unggulan utama, Chan Yan Kit dengan skor 16-21, 21-13 dan 21-18, lalu mengalahkan mantan pemain Pelatnas, Alamsyah Yunus, di final dengan dua set langsung, 21-17 dan 21-18.

Meskipun sedikit terseok di New Zealand Open -ia tumbang di babak kedua, namun Hayom kembali menunjukkan prestasi di depan publiknya sendiri dengan menjuarai Indonesia Challenge yang berlangsung di stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta. "Ikut tiga turnamen berturut-turut merupakan ujian fisik bagi saya,"ungkap Hayom seusai menjuarai Indonesia Challange.

Melihat perkembangan prestasinya, Hayom dicoba ikut turnamen yang level Superseries dan Grand Prix Gold. Ketika turun di Hongkong Open Superseries, Hayom membuat prestasi gemilang dengan keberhasilan masuk babak perempat final. Walaupun tenaganya sudah terkuras karena harus bermain dua kali dibabak kualifikasi tetapi Hayom membuat kejutan dibabak utama dengan menumbangkan unggulan delapan, Bonsaak Ponsana 22-20, 21-19. Kemudian dibabak kedua mengalahkan pemain nomor satu Taipei yang peringkatnya diatas Hayom, Yu Hsin Hsieh 21-13 dan 21-9. Sayang kiprahnya terhenti oleh pemain bintang China, Bao Chunlai. Prestasi teranyar dipenghujung 2009, Hayom berhasil menmpati runner-up India Open GP. Peluang untuk juara terhenti oleh unggulan utama asal India, Chetan Anand.

Pemain kelahiran Kulon Progo, 22 Oktober 1988 ini mulai bermain bulutangkis di sekitar rumahnya dengan teman-temannya. Melihat bakat Hayom, seorang kerabat memasukkan Hayom ke klub kecil di Sleman. Ketika duduk di kelas 6 SD, Hayom kecil pindah ke Tasikmalaya sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta dua tahun kemudian dan berlatih di Kota Gudeg ini.

Talenta Hayom pun akhirnya terpantau oleh klub Djarum saat Hayom duduk di kelas 1 SMU, dan pada 1 April 2005, tekad Hayom untuk meniti karir diperkukuh dengan bergabungnya ia ke dalam klub yang telah melahirkan banyak jagoan bulutangkis Indonesia tersebut.

Kini Hayom berharap masuk Pelatnas dengan harapan dapat turut serta di turnamen besar seperti Thomas Cup. Ketika ditanya mengenai kemungkinan kesempatan bertanding akan lebih sedikit dibanding yang didapatnya saat ini di klub Djarum, Hayom mengatakan, "Kalau kita punya standar permainan dan rangking yang baik mungkin kita sering dikirim. Ini tergantung hasil latihan dan pertandingan dari kita juga.".

Penggemar opor ayam dan pecel lele ini menargetkan untuk berprestasi di turnamen sekelas Grand Prix.

"Saya berharap terus dapat menambah pengalaman bermain di Grand Prix Gold dan superseries serta mengalahkan pemain-pemain kelas dunia", ungkap Hayom tentang harapannya.

Ia juga mengaku harus meningkatkan fisiknya lebih baik lagi karena pemain dengan tipe penyerang seperti Hayom memang membutuhkan stamina dan tenaga lebih.

"Saya juga harus lebih menguatkan kaki agar lebih tahan dan kuat di lapangan,", tukasnya.

Untunglah Hayom tidak memiliki kendala cedera sampai saat ini. Semua latihan ia lahap dengan tekad bisa berprestasi tingkat dunia seperti idolanya, Taufik Hidayat dan Bao Chunlai. (HK/YEW)