PB Djarum telah banyak melahirkan legenda bulutangkis Indonesia. Salah satu diantaranya adalah seorang pemain yang terkenal ulet dan pantang menyerah, Ardy Bernardus Wiranata. Pemain kelahiran Jakarta, 10 Februari 1970 ini memang di kenal juga sebagai pemain Ultra Defensif. Ia juga mampu menjaga lapangan dengan mengejar setiap bola yang datang ke arahnya.
Nama Ardy Bernardus Wiranata mulai mencuat berbarengan dengan Invitasi Dunia Yunior di tahun 1997. Ia mencetak gelar tunggal putra dan ganda campuran berpasangan dengan Susi Susanti. Sejak itu mulailah Ardy menjadi andalan Indonesia di berbagai ajang internasional. Di tahun 1989, ia sudah menjadi runner up Kejuaraan Dunia. Tahun 1991, Ia meraih gelar juara turnamen bergengsi All England. Ardy merupakan pemain tunggal putra keempat Indonesia yang mampu menjuarai ajang ini. Ia meneruskan jejak para legenda yang di mulai Tan Joe Hok, Rudy Hartono dan Liem Swie King.
Persembahan terbaik Ardy dicetaknya pada kejuaraan Indonesia Open. Ia mampu membuat rekor dengan meraih gelar tunggal putra sebanyak enam kali. Belum ada satu pemain pun yang bisa melebihi keperkasaannya di kejuaraan yang kini naik kelas menjadi Super Series Premier. Ia hanya bisa disamakan oleh Taufik Hidayat yang juga sama-sama mengoleksi enam gelar juara. Ardy berjaya di tahun 1990, 1991, 1992, 1994, 1995 dan terakhir di tahun 1997.
Nama Ardy juga berkibar di Jepang. Tiga kali ia mampu bertahta di singgasana juara di negeri yang terkenal dengan bunga Sakura. Ardy juara di tahun 1991, 1992, 1994. Di Swedia terbuka Ardy mencetak dua kali juara. Gelar pertama kali direbutnya di tahun 1991 sementara gelar juara kedua diraihnya enam tahun kemudian atau tepatnya di tahun 1997.
Ardy bersama dua rekannya, Alan Budi Kusuma dan Hermawan Susanto sukses menjaga medali jatuh ke pangkuan pertiwi pada Olimpiade Barcelona. Sejarah bulutangkis Indonesia tercipta di Barcelona pada tahun 1992. Tiga tunggal putra berhasil menguasai tiga tempat semifinal. Drama terciptanya tiga tempat tunggal putra di semifinal dimulai dari babak perempat final. Hermawan sukses menjegal jagoan China Zhao Jianhua, Alan menghentikan andalan Korea Selatan Kim Hak Kyun, sementara Ardy menahan laju pemain Denmark Paul Erik Hoyer Larsen. Di semifinal, Ardy mengalahkan rekannya, Hermawan Susanto. Thomas Stuer Lauridsen yang menjadi satu-satunya pemain di luar Indonesia dihentikan Alan Budi Kusuma. Tak terelakkan final tunggal putra mempertemukan Ardy dengan Alan. Keberuntungan kali ini berpihak pada Alan. Alan merebut medali Emas sementara Ardy harus puas mendapat kalungan medali perak.
Di ajang piala Thomas, Ardy mengisi kekuatan tim bulutangkis Indonesia. Dua kali Ardy dan tim Indonesia mampu membawa pulang piala tanda supremasi bulutangkis dunia. Dan itu terjadi pada tahun 1994 dan 1996.
Setelah pensiun sebagai pemain, dunia Ardy tidak pernah bisa lepas dari hiruk pikuk bulutangkis dunia. Ia kini disibukkan dengan menjadi pelatih di Kanada. (AR)