Samarinda – Gelaran partai puncak Indonesia Grand Prix Gold menyedot lebih dari 4000 pecinta bulutangkis untuk hadir di Stadion Utama Kalimantan Timur di Palaran, Samarinda. Atlet Pelatnas asal PB Djarum, Muhammad Ahsan yang berpasangan dengan Bona Septano akhirnya kembali ke podium tertinggi, setelah minggu lalu sukses di Vietnam. Mereka menjadi juara setelah menjungkalkan lawannya Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki. Ahsan/Bona unggul 21-16 di game pertama. Pertandingan set kedua berlangsung menarik. Ahsan/Bona sempat tertinggal 9-17, namun perlahan mereka menambah poin demi poin hingga 17-17 bahkan berbalik unggul 18-17. Yonathan yang mengalami cedera akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pertandingan setelah skornya terkunci diangka 17. Pertandingan pun diakhir untuk kemenangan Ahsan/Bona.
“Paha kiri belakang tertarik, mulai terasa saat lawan Malaysia kemarin. Agak kecewa juga dengan hasil ini,” ungkap atlet yang akrab disapa Yoke ini.
Pemain Pelatnas asal PB Djarum lainnya, Tantowi Ahmad turut menyumbangkan gelar juara untuk Indonesia. Pasangan Tantowi Ahmad/Lilyana Natsir unggul mudah atas pasangan Markis Kido/Lita Nurlita, dengan hanya memainkan game selama 19 menit, mereka meraih gelar juara Grand Prix Gold keduanya, setelah sukses di Macau beberapa waktu lalu. Tantowi/Lilyana menang dengan 21-11 dan 21-13. “Kadang masih suka segan sama Lilyana, tapi tidak menjadi halangan bagi saya. Di lapangan kita saling beri masukan,” papar Tantowi.
Taufik: “Hayom pemain bagus, jangan sampai dia salah ditangani. Dia punya pukulan dan postur tubuh yang menunjang”
Stadion yang penuh sesak dihiasi teriakan untuk sang bintang Taufik Hidayat yang tak henti-henti berkumandang. Partai final Tunggal Putra sendiri mempertemukan atlet muda harapan Indonesia, Dionysius Hayom Rumbaka yang melawan sang bintang. Di game pertama, kejar mengejar angka terus terjadi. Tipe permainan yang mirip antara keduanya, benar-benar mempertontonkan bulutangkis kelas dunia. Adu netting tipis, dan smes keras yang tak jarang diselingi dengan pukulan backhand menakjubkan membawa game pertama ini baru usai setelah terjadi tujuh kali deuce mulai pada angka 20 hingga 26. Akhirnya Hayom menutup set pertama dengan 28-26.
Di game kedua, Hayom masih memperlihatkan performa yang sangat menakjubkan. Ia berhasil meladeni permainan sang peraih medali emas Athena, Yunani itu, meskipun akhirnya Hayom dipaksa menyerah di dua game berikutnya dengan 17-21 dan 14-21
Taufik mengakui jika di game pertama, netting Hayom bagus, hingga ia harus kehilangan game pertama ini. Tetapi di game kedua, Taufik berhasil menguasai lini depan, hingga akhirnya membawanya untuk meraih gelar juara dan berhak atas uang sebar US$ 9.000.
“Hayom pemain bagus, jangan sampai dia salah ditangani. Dia punya pukulan dan postur tubuh yang menunjang,” ungkap Taufik.
Sementara, Hayom sendiri mengungkapkan ia puas dengan permainannya di partai final itu.
“Saya kalah, tapi saya tidak merasa kalah, karena saya sudah mengeluarkan semua kemampuan terbaik saya,” ujar Hayom.
Dua gelar lainnya dibagi rata oleh Thailand dan China. Si bintang muda, Ratchanok Inthanon berhasil meraih gelar keduanya dalam kurun waktu dua minggu. Setelah menjadi bintang di Vietnam, kini ia pun menjadi bintang di Indonesia Open Grand Prix Gold. Ia menundukkan atlet Taipei, Shao Chieh Cheng dengan 21-12, 19-21 dan 21-16.
Gelar Ganda Putri pun harus melayang ke negeri tirai bambu, setelah pasangan kembar Luo Ying/Luo Yu berhasil menundukkan Meliana Jauhari/Greysia Polii dengan 11-21, 21-18 dan 21-11.
“Ada kesempatan menang, tapi kita belum berhasil mengambil momentum dan belum bisa mengontrol emosi,” papar Greysia.
Link Berita Terkait :
Galeri Indonesian Open Grand Prix Gold 2010 Hasil Lengkap Indonesia Grand Prix Gold 2010