Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > [Ketum PBSI Dari Masa ke Masa] Sukamto Sayidiman (1963-1965)
12 Oktober 2020
[Ketum PBSI Dari Masa ke Masa] Sukamto Sayidiman (1963-1965)
 
 

Setelah Sudirman menjabat sebagai Ketua Umum PP PBSI selama 11 tahun, akhirnya beliau menyatakan tidak mau lagi dicalonkan. Ia menganggap sudah terlalu lama atau 6 periode menjabat.

Menjelang Kongres Ke-8 PBSI tahun 1963 di Makassar, tidak terdengar siapa yang bakal dijagokan sebagai pengganti Sudirman. Hingga akhirnya, kongres ternyata menjatuhkan pilihan kepada seorang perwira ABRI berpangkat Letkol (CHK), Soekamto Sajidiman Bc HK, yang saat itu menjabat sebagal Presiden Direktur PN Tulus Bhakti dan PN Pembangunan Niaga.

Tidak banyak orang tahu bagaimana Pak Soekamto, terpilih. Soekamto sendiri mengaku terkejut menerima berita itu. Sebelumnya, ia tidak pernah diberi tahu atau dilobi, sehingga ia pun tidak hadir pada kongres. Walau demikian, pilihan tersebut dianggap tepat, sesuai dengan harapan ketua umum sebelumnya.

“Pilihan pengganti saya seorang yang berjiwa atau pemain bulutangkis. Dia juga mempunyai jiwa kepemimpinan dan disiplin. Yang tidak kalah pentingnya,” ucap Soedirman tentang calon penggantinya itu.

Soekamto yang memiliki postur ideal sebagal pemain bulutangkis, mengikuti PON I tahun 1948 di Solo, mewakili Jawa Timur. Kala itu setiap bermain ia sering mengalahkan jago-jago bulutangkis Jawa Timur.

Dalam suatu pertandingan eksibisi, Soekamto mengalahkan dua jagoan kakak beradik,  Ging Ren dan Ging Soeid. Setelah dipindah ke Markas Besar TNI-AD (waktu itu disingkat MBAD) Jakarta, ia menjadi peman andalan tim Hankam/MBAD dengan menjadi juara turnamen antar instansi empat kali berturut-turut.

Kala itu, Soekamto tidak serta merta menerima penunjukkan kongres tersebut. Tidak heran Menteri Olahraga Maladi, yang memberi dukungan pada pemilihan tersebut memberi tantangan pada Soekamto.

“Dulu berani berperang di Surabaya hanya bersenjatakan bambu runcing, sekarang menghadapi raket dan shuttlecock saja takut.”

Mendengar itu, Soekamto pun bersedia menjadi ketua, namun dengan syarat mempunyai wewenang untuk memilih pengurusnya sendiri. Dia langsung mempimpin regu Thomas ke Tokyo untuk mengikuti putaran final pada tahun 1964. Hal ini dilakukan tanpa campur tangan orang lain. Soekamto pun menerapkan latihan keras ala milter dengan Spartan Physical Training untuk menjaga stamina para pemain. Hasilnya pun memuaskan. Tim Thomas kembali memboyong piala usai mengalahkan Denmark di final dengan 5-4.

Pada tahun 1967 ketika perebutan Piala Thomas diselenggarakan di Jakarta, Soekamto telah diangkat menjadi Deputy Menteri Pendidikan. (ah)