Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Ingin Jadi Pemain Dunia, Muh. Asqar Pilih Klub PB Djarum
14 Juni 2016
Ingin Jadi Pemain Dunia, Muh. Asqar Pilih Klub PB Djarum
 
 

Putra kelahiran asal Maros Sulawesi Selatan datang ke pulau Jawa bukan sekedar menuntut ilmu. Tetapi pemain tunggal pemula putra kelahiran bulan Februari tahun 2003 lalu ini mempunyai misi tersendiri, yaitu ingin menjadi pemain bulutangkis tingkat dunia. Hijrahnya ke kota Kudus membuat pemain yang memiliki nama lengkap Muh. Asqar Harianto memiliki kesempatan itu.

Menurut Asqar biasa disapa ini bahwa sejak dirinya duduk dibangku kelas 2 Sekolah Dasar. Ia ingin sekali berlatih bulutangkis di pulau Jawa. Dengan alasanĀ  perkembangan olahraga tepok bulu di pulau ini sangat meningkat dan terjamin, jika dibandingan dengan kampung halamannya. Dan kebetulan sekali PB Djarum sedang mengadakan Audisi Umum jadi tidak ada salahnya untuk mencobanya.

"Tahun 2014 lalu, PB Djarum membuka audisi bagi atlet muda. Dan untuk pertama kalinya saya bersama ayah (Harianto, 49 tahun) pergi ke pulau Jawa tepatnya ke kota Kudus untuk ikut audisi. Alhamdulilah, setelah ikut dan melakukan segala test bersama ribuan orang, saya lolos audisi. Senang pasti, karena cita-cita menjadi pemain dunia tinggal selangkah lagi," sahut juara tunggal pemula putra Djarum Sirnas Jakarta Open 2015 dan 2016 ini.

Alasan Asqar memilih klub PB Djarum sangat klasik. Menurut pemain yang suka makan coto Makassar ini bahwa yang utama adalah fasilitasnya sangat memadai dibanding klub-klub besar di Indonesia. Dan terbukti mampu menciptakan pemain-pemain bagus. Jadi sangat cocok menunjang cita-citanya menjadi pemain kelas dunia.

"Pastinya ingin membanggakan PB Djarum di kanca nasional dan internasional. Tetapi bukan perkara mudah, sayanya harus perlu berkerja keras dan harus disiplin latihannya demi cita-cita," sahut pemain kelahiran tanggal 4 Februari ini.

Asqar menceritakan sedikit tetang ketertarikannya dengan bulutangkis. Katanya, sejak masih duduk di Taman Kanak-kanak dirinya selalu diajak menonton sang ayah sedang bermain. Itu pun dilakukannya hampir tiap hari sepulang sekolah. Hingga lama kelamaan dirinya tertarik untuk bermain. Barulah di kelas 2 Sekolah Dasar, ia semakin suka dan semakin menggeluti olah raga ini. (ds)