
GOR Lila Bhuana Denpasar menjadi saksi atas kemenangan Tunggal Remaja Putra asal PB Djarum. Ihsan Maulana Mustofa begitulah ia dinamakan oleh kedua orang tuanya Mustofa dan Agustina. Putra sulung dari empat bersaudara ini sukses berdiri di podium tertinggi setelah berhasil menyelesaikan perlawanan Anthony Ginting dengan 21-18 dan 21-11.
Ihsan mengawali karir di bulutangkisnya dengan bimbingan dari sang ayah. Sang ayah yang juga memang seorang pelatih bulutangkis, telah mendidiknya untuk menjadi seorang atlet sejak ia kecil.
“Dulu kalau ingin uang jajan, harus ke lapangan bulutangkis dulu, latihan dulu, baru di beri uang jajan, kalau latihannya semangat, uang jajannya ditambahin,” kenang Ihsan.

Tak sia-sia, hasil latihan bisa ia bawa ke kejuaraan Sinema di Sukabumi. Kala itu PB Sinema merupakan salah satu klub yang rajin mengadakan kejuaraan tingkat nasional. Ihsan yang masih anak-anak itu pun kandas di babak final, dan hanya menempati tempat kedua.
“Berkesan, waktu itu hadiahnya televisi, padahal kalau juara hadianya sepeda motor,” lanjutnya.
Ihsan kecil pun memberikan televisinya kepada sang ayah. Setelah lulus SD, Ihsan bergabung dengan PB Dian Jaya, Jakarta tempat dimana sang ayah masih melatih hingga kini, dua tahun disana kian menambah pengalaman dan kemampuan bermain bulutangkisnya.
Remaja kelahiran Tasikmalaya ini pun akhirnya kembali hijrah, kali ini pilihannya jatuh ke PB Ganesha Tangerang, sebelum akhirnya ia bergabung dengan PB Djarum pada tahun 2010 ini. Bersama PB Djarum ia telah terjun di lima turnamen. Debutnya bersama PB Djarum adalah Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Jakarta meskipun ia harus terhenti di babak 16 besar, di minggu berikutnya ia kandas di semifinal Djarum Sirnas Bandung, dan gagal total di Tegal.
“Di Tegal saya kalah dari Yoga Sidik di babak pertama, itu jeblok banget, terlalu percaya diri dan menyepelekan lawan karena pernah beberapa kali mengalahkan dia,” aku remaja yang lahir 18 November 1995 silam ini.
Ia pun memiliki kesempatan besar untuk turun di turnamen sekelas Indonesia Challenge. Pengalaman untuk bertanding dengan lawan yang jauh lebih sulit ini lah yang memotivasi dirinya untuk terus berlatih dan segera ingin naik kelas ke taruna. Terlebih lagi ia berhasil meraih podium Djarum Sirnas Bali lalu dengan relatif mudah.
“Lawan paling sulit saya, Fikri (Fikri Ihsandi Hatmadi – Tangkas Alfamart) sudah naik ke taruna, jadi saya juga ingin segera naik ke taruna,”
Empat kali bertemu dengan Fikri, Ihsan baru membukukan satu kemenangan, hal ini lah yang semakin membuatnya ingin beranjak ke kelas taruna, agar bisa kembali bersua dengan lawan beratnya itu.
“Kalau lawan kita lebih berat, malah termotivasi untuk mengalahkan dan biasanya malah ga ada beban,” paparnya panjang.
Atlet besutan Anjib Kurniawan ini pun menyimpan asa untuk bisa segera bertemu juara Djarum Sirnas Bali nomor Tunggal Taruna Putra, Arief Gifar Ramadhan. Ia berujar bahwa ia sangat ingin berada satu lapangan bersama Gifar, begitu Arief kerap disapa, agar dirinya bisa merasakan seperti apa permainan seorang Gifar.
“Penasaran, ingin merasakan bermain melawan Gifar,”
Ihsan pun mengakui bahwa fasilitas yang diberikan oleh PB Djarum yang paling mumpuni. Ia bisa dengan giat berlatih tanpa harus dirisaukan hal-hal lain, kecuali jika latihan lari menunggunya.
“Saya paling takut disuruh latihan lari, karena ini latihan yang cukup berat buat saya,” pungkasnya.
Begitulah optimisme dan cerita seorang Ihsan Maulana Mustofa. Berlatihlah terus Ihsan!