
Pertandingan bulutangkis memang sangat merakyat di daerah mana pun di Indonesia. Salah satu yang dapat kita lihat adalah keberadaannya yang sangat nyata dalam menyambut ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya. Tidak hanya antar RT/RW yang mempertandingkan tepok bulu, namun juga perusahaan, institusi, serta berbagai lembaga lainnya baik di dalam maupun luar negeri, dengan memanfaatkan fasilitas apa pun yang ada.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC, Amerika Serikat mengadakannya pada tanggal 24 Juli lalu tanpa memandang usia dan gender dan dihadiri oleh petinju kebanggaan Indonesia, Chris John. Di Praha, Ceko pertandingan bulutangkisnya bahkan tidak hanya mengikut sertakan WNI dan penduduk Ceko keturunan WNI, namun juga mengajak masyarakat lokal Ceko yang menjadi sahabat Indonesia.
Selain itu beberapa lainnya juga terlacak di KBRI maupun Konsulat Jenderal RI (KJRI) di seluruh bagian dunia. Sebutlah Kuala Lumpur (Malaysia), Beijing (China), Melbourne (Australia), Moskow (Rusia), Islamabad (Pakistan), Damaskus (Siria), Vancouver dan Toronto (Kanada), Caracas (Venezuela), dan Frankfurt (Jerman). Inisiatif di luar negeri juga datang dari perhimpunan mahasiswa Indonesianya seperti yang terjadi di Bangkok, Thailand dan Fukuoka, Jepang.
Hingar-bingar perayaan yang biasa disebut “17-an” oleh masyarakat Indonesia ini di dalam negeri dilangsungkan dengan lebih tanpa pandang bulu. Ada yang mengadakannya di luar lapangan dan di pinggir sungai seperti yang terlihat di daerah Kedoya (Jakarta Barat) dan ada pula yang memakai ruangan beralas ubin seperti di Panti Sosial Bina Daksa Budi Perkasa Palembang.
“Lapangannya tak harus di dalam ruangan jika bukan bertujuan prestasi,” ujar Michael Triangto, dokter PB PBSI kepada Okezone April lalu. “Bisa di lapangan terbuka, bahkan di jalanan yang sepi atau garasi.”
Tak heran “alas” apapun yang tersedia di Indonesia pun berubah menjadi lapangan bulutangkis untuk memeriahkan perayaan ulang tahun Republik Indonesia. Semua atlet dadakan ini tetap bermain penuh semangat dan keceriaan walau terkadang harus berduel dengan angin yang bisa berhembus tiba-tiba, atau menyiasati lapangan yang licin atau tidak rata.
Salah satu cerita kesuksesan dari tingkat RT yang bisa kita petik adalah cerita atlet tunggal putra PB Djarum, Arief Gifar Ramadhan. Pemuda Kediri berusia 16 tahun ini memulai “karir” bulutangkisnya dengan menjadi juara tingkat RT saat usianya masih empat tahun. Sekarang ia telah menjuarai Sirkuit Nasional Bali 2010 serta mewakili Indonesia di luar negeri dan mampu menembus sampai semifinal kejuaraan Auckland International 2009 di Selandia Baru.
Nyata benar bahwa bertanding tepok bulu dalam merayakan HUT RI berada di tradisi Indonesia, bahkan tetap terpatri dalam hati dan benak mereka yang hidup di luar negeri. Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada mutiara bakat terpendam yang dapat terpancar di lapangan yang seadanya tersebut. Yang pasti, saat 17-an, bulutangkis menjadi bagian penting masyarakat Indonesia.
Selamat ulang tahun Indonesia, selamat bertanding bangsa Indonesia di seluruh dunia.