Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Riyanto - Aset Muda Indonesia
20 Agustus 2010
Riyanto - Aset Muda Indonesia
 
 

Jakarta – Kembali saya memutar kenangan sepanjang tahun ini. Beberapa nama pun tersangkut erat di memori otak saya yang sudah tak berkapasitas besar seperti saat saya masih menapaki bangku sekolah, tapi masih tetap cukup untuk bisa menggali kenangan yang belum satu tahun terlewati.

Kali ini nama Riyanto Subagja yang terbersit. Ia memulai langkah di nomor dewasa di Manado yang merupakan Djarum Sirnas kedua tahun ini. Dan terakhir perjumpaan saya dengannya adalah di partai final nomor dewasa di Denpasar, Bali.

Di debut pertamanya, Riyanto harus terhenti di babak 16 besar, tapi di Djarum Sirnas sebelum Ramadhan, ia berhasil menembus partai puncak.

Kurang dari satu tahun, ia bisa bersaing dengan beberapa nama besar di bulutangkis nasional Indonesia. Di usianya yang baru 17 tahun, ia berhasil menghentikan seniornya, Andreas Adityawarman untuk bisa menantang Tommy Sugiarto di final.

Kendati di final Riyanto harus kalah karena memang seperti tidak bisa mengeluarkan permainannya. Ia terus tertekan di sepanjang pertandingan dan menyerah dua game langsung atas pebulutangkis yang baru mengundurkan diri dari Pelatnas itu.

Riyanto Subagja“Yah, mungkin memang belum saatnya, tadi juga saya merasa memang permainan saya belum keluar, apalagi kondisi lapangan yang sangat sulit,” papar Riyanto saat usai bertanding.

Seiring dengan prestasi yang kian bersinar, pundi-pundi rupiah Riyanto pun kini sedikit demi sedikit mulai menebal, di awal tahun saja Riyanto berhak atas uang Rp 12.000.000 karena dianggap berprestasi di kelas taruna sepanjang 2009. Saya langsung memutar otak, berapa banyak uang yang bisa saya dapatkan diusia semuda itu? Jawaban saya adalah nol, malah masih harus terus merengek meminta dinaikkan uang jajan, uang sebanyak itu pun mungkin jumlah uang yang cukup besar bagi remaja seusianya ya?

Dan terakhir Riyanto berhasil menambah tabungannya dengan uang sebanyak Rp 6.600.000.

“Ditabung lah, untuk biaya masa depan,” paparnya sembari tertawa.

Melihat kiprahnya dan sabetan raketnya di lapangan, rasanya saya merasa aman melihat Riyanto di lapangan, karena saya bisa menumpukkan harapan saya akan kehausan saya untuk kembali berteriak Indonesia dan melihat pahlawan dan atlet idola saya berdiri di podium tertinggi di setiap kejuaraan. Saya sangat merindukan prestasi gemilang bulutangkis Indonesia, seperti saat di zaman Alan Budikusuma – meskipun kala itu saya masih dibawah 10 tahun – dan saya serta merta ingin kembali mendengar ibu saya antusias bercerita tentang bulutangkis seperti pada zaman Liem Swie King dan Christian Hadinata .

Saya sangat merindukannya, bagaimana dengan anda? Saya menumpukkan harapan pada Riyanto untuk bisa kembali membawa teriakan saya ke arena bulutangkis, bagaimana dengan anda?

Saya bosan mendengar alasan bahwa kita memiliki keterbatasan di pembinaan, hal ini amat sangat bertolak belakang dengan keadaan dilapangan, di mana ratusan bahkan ribuan pebulutangkis turut ambil bagian di semua arena Djarum Sirnas. Lalu dimanakah kesalahan pembinaan kita? Saya tak ingin talenta-talenta luar biasa atlet-atlet muda, terbentur dengan birokrasi dan keegoisan segelintir orang. Maju terus bulutangkis Indonesia, harusnya kita bisa satu suara! (IR)