Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Bandar Sigit Pamungkas
07 Desember 2010
Bandar Sigit Pamungkas
 
 

Sejak akhir November, putra PB Djarum Bandar Sigit Pamungkas merantau di Eropa selama dua minggu untuk mengikuti dua turnamen internasional disana. Dimulai dari ajakan teman berlatih yang kemudian didukung oleh klub yang menaunginya di Kudus.

Raj Propat adalah teman berlatihnya yang berasal dari Skotlandia saat ia masih di Pelatnas dulu. Raj kemudian mengajak Sigit untuk menjadi rekan berlatih pemain-pemain Wales dan mendapat bonus ikut berpartisipasi di turnamen Scotland International dan Welsh International. Berangkatlah Sigit kesana dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan.

Di turnamen Scotland International 2010 yang berlangsung akhir November lalu, Sigit berhasil melaju sampai ke perempat final sembari menghentikan langkah dua unggulan, Vladimir Ivanov (Rusia, unggulan keenam) dan Daniel Grassmuck (Austria, unggulan keempat belas). Walaupun akhirnya kalah di tangan unggulan kedua, Lang Ville dari Finlandia, Sigit memperlihatkan semangat bertanding yang baik dengan skor 21-19, 12-21, dan 13-21.

Dari Glasgow, Skotlandia, Sigit langsung berangkat ke Cardiff, Wales untuk kembali bertanding di Welsh International 2010. Di turnamen ini, ia “tergeser” turun ke babak kualifikasi dimana tidak sulit baginya untuk kemudian kembali muncul di babak utama. Dalam satu hari ,tiga pesaingnya di babak kualifikasi berhasil dilewati yakni Stuart Rowland (Inggris), Viktor G Makanju (Nigeria) dan Mattew Nottingham (Inggris).

Di babak utama, sepak terjang Sigit meningkat. Dengan emblem [Q] yang menandakan keberangkatannya dari babak kualifikasi, ia melaju sampai ke semifinal untuk bertemu pemain beremblem [1] atau unggulan pertama, Pablo Abian dari Spanyol. Di babak inilah akhirnya Sigit terhenti dengan skor tipis 14-21 dan 21-23, dan Pablo berakhir di podium juara.

Akan segera berusia 22 tahun pada pertengahan bulan ini, putra kelahiran Banjarnegara ini sebelum berangkat ke Eropa telah mengantisipasi cuaca akan menjadi tantangan terbesarnya. “Disana dingin sekali. Biasanya salju turun di akhir tahun.” Di tengah kendala itulah, Sigit tetap unjuk gigi dan berhasil menorehkan namanya di tanah Eropa.

Selamat, Sigit! (DC)