Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Banting Setir Dari Sepakbola
09 Februari 2012
Banting Setir Dari Sepakbola
 
 

Sepakbola memang menjadi olahraga yang sangat di gemari sekaligus di gandrungi di pelosok bumi ini. Mulai dari orang tua sampai anak-anak menyukai olah raga yang mengandalkan kelincahan olah si kulit bundar, termasuk atlet PB Djarum Jeka Wiratama.

Jeka WiratamaJeka yang lahir di Solok, Sumatera Barat, enam belas tahun silam sangat menyukai sepak bola. Di masa kecil, hampir setiap hari ia selalu melakoninya bersama teman-teman sekampungnya. Selepas pulang sekolah ia bisa dipastikan menendang bola bersama teman-temannya. Apalagi lapangan tempat ia bermain tak jaduh dari kediamannya. “Main bolanya sore hari sama teman-teman. Kebetulan mainnya dekat rumah,”ujarnya bercerita.

Tetapi akibat sering bermain sepakbola, sang ayah menjadi sangat khawatir akan kondisi juara ganda putra Sirkuit Nasional (Sirnas) Bandung tahun 2011. Sang ayah khawatir anaknya akan mengalami cedera, terutama patah kaki. “Papa dan mama khawatir, jika saya bermain bola. Mereka khawatir saya mengalami patah kaki,” tambahnya.

Oleh karena itu, kedua orang tuanya segera mengenalkan Jeka kecil pada dunia bulutangkis. Dukungan pun bertambah. Rekan kerja orangtuanya pun ikut mendukung agar Jeka dikenalkan pada bulutangkis. Jadilah ia didaftarkan untuk bergabung dengan klub PB Telkom yang ada di kota padang.

Jeka yang waktu itu masih berada di bangku kelas 4 sekolah dasar akhirnya terpaksa menuruti keinginan ayahnya. Ia pun berangkat menuju tempat latihan setiap sore selepas sekolah. Kegiatan sepakbola yang biasa ia lakoni beralih menjadi aktifitas mengayunkan raket. Tak jarang rasa jenuh kadang menggelayuti dirinya. Tetapi ia tidak bisa berbuat banyak. Sang ayah yang tiap hari mengantarnya latihan membuatnya tak bisa mangkir dari latihan. Beruntung, banyaknya teman di tempat latihan membuat rasa bosan hilang dengan sendirinya.

Sebenarnya Jeka kurang mengetahui selukbeluk tentang PB Djarum. Hildawati, pelatihnya di Klub PB Telkom yang mengenalkannya. Melalui pelatih pula Jeka menjadi tertarik untuk bergabung dengan PB Djarum. “Pelatih yang menceritakan ke saya tentang klub PB Djarum,” celotehnya. Jeka pun berangkat ke kota Kudus tanpa harus di antar oleh kedua orangtuanya. “Pelatih yang mengantarku untuk ikut audisi PB Djarum di Kudus,” ceritanya. Jeka termasuk pemain yang beruntung. Sekali ia ikut audisi, langsung di terima menjadi ponggawa Kudus. “Tahun 2009, pertama kali saya ikut audisi di Kudus, Alhamdulillah langsung di terima,”kenangnya.

Awal bergabung dengan PB Djarum, Jeka diarahkan menjadi pemain tunggal. Tetapi setelah rapat pengurus, ia pun di minta beralih menjadi pemain ganda. Jeka pun akhirnya memilih untuk menjadi pemain ganda. Bukan tanpa alasan ia memilih bermain ganda. Cedera yang sering ia alami ketika menjadi pemain tunggal menjadi alasan kuat. “Lutut saya sering sakit waktu latihan atau pertandingan. Jadi saya tidak bisa konsentrasi penuh,” ujarnya lirih.

Jeka yang pernah merasakan manisnya menjadi juara Asia Youth U-15 pada tahun 2010 masih menyimpan hasrat yang dalam. Ia sadar bahwa keberhasilan yang ia peroleh sekarang tidak lain adalah karena dorongan dan dukungan dari kedua orang tuanya. Tak heran ia menyimpan cita-cita untuk membahagiakan kedua orang tuanya. “Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya,” cetusnya mantap. (AR)