Keberhasilan tim bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020 yang membawa pulang medali emas dan medali perunggu, disambut antusias oleh seluruh masyarakat Indonesia. Beragam apresiasi pun berdatangan dari berbagai kalangan, termasuk bonus milyaran dari pemerintah maupun pengusaha negeri ini.
Salah satunya datang dari Lukas Buntoro, yang memberikan apresiasi berupa satu unit Apartment B Residence Serpong yang bernilai Rp680 juta untuk peraih emas Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan pelatih Eng Hiang, serta uang tunai masing-masing Rp100 juta untuk peraih perunggu Anthony Sinisuka Ginting, asisten pelatih ganda putri utama Chafidz Yusuf, dan pelatih tunggal putra Hendry Saputra.
Namun, tahukah kamu? Lukas yang kini mempunyai 23 perusahaan di bidang properti, kesehatan, perkebunan, kontruksi, dan pendidikan itu, adalah mantan atlet PB Djarum di era tahun 80-an. Bagaimana awal mula perjalanan pria kelahiran Jakarta, 16 Desember 1971 ini bisa menjadi atlet hingga menjadi pengusaha sukses? Berikut hasil wawancara tim Pbdjarum.org dengan Lukas Buntoro.
Bagaimana awal mula senang bulutangkis?
Dari kecil dibilang mama terlalu aktif. Jadi mama melihat energi lebih dalam diri saya, jadinya harus olahraga. Waktu kelas tiga SD sempat diajak ke klub renang dan klub bulutangkis dekat rumah, tetapi saya lebih tertarik main bulutangkis. Setelah satu tahun berlatih terlihat ada hasil bisa juara di tingkat DKI Jakarta.
Bagaimana awal mula menjadi atlet dan masuk PB Djarum?
Saya masuk PB Djarum pada tahun 1983, setelah juara tingkat DKI Jakarta. Tetapi hanya sampai tahun 1989, saat itu saya masih duduk di kelas 3 SMA, saya berhenti. Alasannya karena prestasi saya kurang bagus, tidak tembus juara nasional, jadinya orang tua mengarahkan saya untuk fokus sekolah saja. Kala itu saya langsung kuliah di salah satu kampus swasta di Bandung.
Setelah memutuskan berhenti, apa yang dilakukan?
Setelah berhenti mau nggak mau harus langsung adaptasi besar. Waktu itu langsung disibukkan dengan kegiatan belajar, seperti ikut bimbingan test dan langsung kuliah di Bandung mengambil jurusan teknik sipil.
Bagaimana rahasianya bisa menjadi pengusaha sukses?
Bisnis itu sama seperti atlet yang membutuhkan mental, strategi, dan fisik kuat, keberanian, dan disiplin. Tetapi yang paling utama adalah disiplin mengelola uang. Selain itu saya juga benar-benar disiplin mengatur waktu. Dulu sebelum nikah jam 6 sudah bangun untuk kerja. Jam 8 pas toko sudah buka, saya langsung pesan-pesan barang untuk project saya. Setelah merintis usaha sendiri sejak tahun 1995, saya baru mulai stabil pada tahun 2003. Artinya butuh sekitar 8 tahun untuk saya bisa benar-benar matang dalam berbisnis. Hingga sekarang saya bersyukur memiliki 23 perusahaan milik sendiri di berbagai bidang. Properti, kesehatan, pendidikan, konstruksi, dan perkebunan.
Intinya, kalau kata saya bilang kuncinya semangat dan disiplin, karena tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau. Modal semangat dan disiplin itu bersyukur sudah tertanam sejak saya menjadi atlet. Jadi masih terpakai sampai saya sudah tidak menjadi atlet lagi. Dan saya berpesan, jangan satu tahun atau dua tahun ganti haluan, karena semuanya nggak ada yang bisa instant. (ah)