Mungkin para pencinta bulutangkis di era 90-an tak asing dengan legenda bulutangkis yang satu ini, yaitu Ardy B.W. Yak, selain mempunyai ciri khas berambut panjang, prestasi Ardy dimasa itu pun tak perlu diragukan.
Berbagai prestasi membanggakan sukses diraih Ardy semasa menjadi atlet. Seperti meraih medali perak Olimpiade Barcelona 1992, medali emas Worl Cup 1991, Piala Thomas 1994 dan 1996, serta menjadi runner up tiga kali Piala Sudirman yaitu pada tahun 1991, 1993, dan 1995.
Lalu, apa kabar Ardy sekarang?
"Saya tinggal di Kanada, ngelatih di Calgary, Kanada. Namanya Glencoe Badminton Club. Itu kayak private club gitu, ada yang serius ada juga member yang main doang," kata Ardy saat wawancara di program #NgulikSudirmanCup yang tayang di YouTube PB Djarum, Senin, (27/9).
"Sudah sejak 2001 saya di Kanada. Sebelumnya di Amerika selama tiga tahun," tambahnya.
Ketika ditanya soal kerinduannya dengan Indonesia, Ardy pun menjawab dengan antusias.
"Kangen sekali sama Indonesia. Paling dikangein mungkin makanan, dan sama teman-teman sudah lama sekali tidak bertemu. Paling kalau ketemuan, kalau ada pertandingan di Kanada Open," tutur Ardy.
Melihat jejak prestasinya, ia sendiri merupakan salah satu pahlawan bagi Indonesia di ajang Piala Sudirman. Meski belum pernah meraih piala, namun tiga kali beruntun membawa Indonesia ke final, menjadi prestasi yang tak bisa diremehkan. Bahkan di Piala Sudirman 1991, Indonesia hampir meraih gelar untuk kedua kalinya. Dan saat itu Ardy tampil gemilang hingga babak final.
Tiga kali bertemu dengan pemain kuat, Ardy tak pernah terkalahkan dan selalu menyumbang poin bagi Indonesia. Di babak penyisihan grup terakhir saat bertemu musuh bebuyutan asal Tiongkok, Zhao Jianhua, Ardy sukses memenangkan pertandingan dengan 7-15, 17-16, dan 15-8.
Kemudian Ardy tidak diturunkan di semifinal dan kembali diturunkan di final. Menghadapi lawan tangguh Lee Kwang Lin, lagi-lagi Ardy menang bahkan dengan skor telak 15-1, 15-5.
"Saat itu lawan-lawan tersebut sebenarnya lebih banyak menangnya daripada saya. Kuncinya saat itu bagi saya, setiap main sampai point terakhir ngga mau kalah pokoknya," ungkap Ardy.
"Dan juga kalau saya diturunin di turnamen beregu mana saja ya sama saja. Pokoknya saya harus bisa menyumbang satu poin untuk Indonesia," tambahnya.
Lalu, apa saja yang Ardy ingat dari pengalamannya di Piala Sudirman? Bagaimana pendapat Ardy melihat susunan pemain Indonesia tahun ini, terutama peluang tunggal putra? Yuk, kita tonton sama-sama obrolan Yuni Kartika bersama Ardy di sini atau langsung ke YouTube PB Djarum. (ah)