Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Rudy Gunawan Bongkar Strategi Kemenangan Tim Piala Sudirman 1989
30 September 2021
Rudy Gunawan Bongkar Strategi Kemenangan Tim Piala Sudirman 1989
 
 

Piala Sudirman 1989 menjadi edisi pertama penyelenggaraan kejuaraan beregu campuran bulutangkis. Pada saat itu, Indonesia yang tampil sebagai tuan rumah sukses merebut title juara. Ada banyak cerita perjuangan Indonesia melawan Korea pada babak final, yang terjadi di Istora Senayan kala itu.

Rudy Gunawan, pemain ganda putra yang memperkuat tim Merah Putih di Piala Sudirman 1989 pun membongkar strategi kemenangan timnya.

Ia bersama Eddy Hartono turun di partai pertama berhadapan dengan Park Joo Bong/Kim Moon So. Sayangnya, Gunawan/Eddy harus kalah usai bermain tiga game 9-15, 15-8, 13-15.

“Waktu itu kami yakin menang (Piala Sudirman), saya dan Kempong (sapaan akrab Eddy Hartono) yakin menang. Penentuannya memang di mixed double saja. Saya juga sudah bilang ke partner saya, Eddy Hartono. Kalau seumpama kita lewat, itu berarti kamu mixed harus menang, kalau enggak ya kita kalah. Dan saya rasa Kempong kan memang bagus. Saya akui dia bagus di ganda dan mixed. Pengalamannya juga banyak,” ungkap Gunawan dalam bincang Ngulik Sudirman di kanal YouTube PB Djarum.

Gunawan mengakui sektor ganda putra tak diunggulkan dalam menghadapi Korea saat itu. Untuk itu, mereka pun mengatur strategi untuk menguras energi Park Joo Bong yang juga bermain di ganda campuran.

Baca juga : Apa Kabar Ardy B.W?

“Pas lawan Park Joo Bong, habis dia. Memang kita habisin dulu. Karena nanti di mixed ketemu Park Joo Bong lagi. Jadi kita habisin dulu Park Joo Bong di ganda (putra). Itu memang sudah rencana kami,” kata Gunawan.

Strategi tersebut sebenarnya cukup berisiko karena di ganda campuran, Eddy juga diturunkan kembali. Namun Gunawan mengatakan, ia yakin bahwa Eddy bisa tampil maksimal dan bisa memenangkan pertandingan di ganda campuran.

“Kalau Kempong itu bagusnya di mental. Dia nggak ada takutnya. Defend-nya dia itu bagus. Pukulan keras bisa dia redam. Hanya kalau ketemu Park Jo Bong di depan, dia agak sulit. Dia tidak bisa memainkan itu,” kata Gunawan.

“Itu kenapa pas di mixed-nya Kempong menang, karena Park Joo Bongnya di belakang. Kalau Park Joo Bong ada di depan itu bahaya,” lanjut legenda PB Djarum yang kini menetap di Los Angeles, Amerika Serikat tersebut.

Setelah Gunawan dan Eddy kalah di partai pertama, Indonesia terpaksa kehilangan poin lagi di partai kedua. Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati yang diturunkan untuk melawan Hwang Hye Young/Chung So Young, kalah 12-15, 6-15.

“Waktu Sudirman Cup itu saya yakin sekali akan menang, walaupun sudah kalah 0-2. Kita ini secara hitungan kertas, lemah di ganda putra dan ganda putri. Penentuannya pasti di mixed double. Kita kuat di single putra dan putri. Itu perhitungannya. Jadi saya yakin sekali, apalagi main di kandang sendiri,” kata Gunawan.

Bermain sebagai tuan rumah bagi Gunawan memiliki keistimewaan tersendiri. Sebab dukungan dari penonton mampu memberikan energi tambahan bagi para atlet yang tampil di lapangan.

“Beda dong main di kandang sendiri. Kita dibantu penonton secara psikologisnya. Secara psikologis kita di-support, asalkan nggak main jelek ya. Kalau kita main jelek, kita abis di kandang sendiri, disoraki. Tapi kalau kita main normal saja, imbang saja, nggak usah jelek tapi nggak usah bagus banget. Banyak menangnya kita,” jelas Gunawan.

Baca juga : Sarwendah Masih Teringat Antusias Penonton di Piala Sudirman 1989

Masih banyak lagi keseruan cerita di balik kemenangan Indonesia di Piala Sudirman 1989. Ikuti selengkapnya dengan menyaksikan bincang-bincang bersama Gunawan di kanal YouTube PB Djarum. (NAF)