Inspiring Story
Home > Berita > Inspiring Story > Juara All England Mencari Calon Juara
01 Januari 2006
Juara All England Mencari Calon Juara
 
 

Audisi Umum PB Djarum menyambangi kota Purwokerto 26-28 Maret 2016. Para legenda turun langsung melihat calon-calon bibit handal bulutangkis Indonesia. Salah satu legenda yang datang langsung ke Purwokerto adalah Kartono Hari Atmanto (62 tahun). Ia merupakan pemain dengan titel juara All England dua kali.

Keinginannya sangat kuat untuk menemukan bakat terpendam bulutangkis Indonesia. Sebagai legenda yang sudah sepuh, ia menempuh perjalanan yang tidak mudah menuju Purwokerto.  Momen hari libur panjang (long weekend) yang berlangsung tiga hari 25-27 Maret 2016, membuat perjalanan dari Jakarta ke Purwokerto mengalami kemacetan. Untuk menghindarinya, ia bersama sang istri Jauw Kim Lan mengambil langkah naik pesawat menuju kota Semarang, lalu menempuh perjalanan darat dari Semarang ke Purwokerto selama 6 jam. Tentu saja, perjalanan melelahkan bagi veteran kelahiran Tegal 8 Agustus 1954 ini, akan terobati bila menemukan atlet-atlet berbakat sesuai penilaiannya.

“Diharapkan dari Audisi di Purwokerto ini, ditemukan bibit-bibit yang bagus untuk dididik di PB Djarum,” tutur Kartono

Menurutnya, banyak anak-anak kecil yang berbakat tapi berhenti setengah jalan. Inillah diperlukan pengamatan sejak dini dengan mendatangi berbagai kota seperti  Purwokerto. Hari ini (26/03), mata tajamnya sebagai orang yang malang melintang di dunia bulutangkis akan menjadi salah satu penentu peserta Audisi Umum PB Djarum di Purwokerto untuk lolos ke tahap selanjutnya

Mengenal Kartono

Kartono mulai berlatih sejak sangat kecil yakni umur 4 tahun karena di depan rumahnya ada lapangan. Keranjingan main bulutangkis, ia pun masuk klub umur 9 tahun. Klub pertamanya adalah PB Setia, sebuh klub yang berada di kota kelahirannya di Tegal. Ketika menginjak SMA, ia hijrah ke kota Surabaya dan ikut klub PB Oke. Tidak lama kemudian, ia bergabung dengan klub PB Djarum.

Berbagai ajang pertandingan nasional berhasil dimenangkan yang mengantarkannya masuk Pelatnas tahun 1974. Namun baru setahun berlatih di Pelatnas, ia memutuskan berhenti yang disebabkan karena ayahnya sakit. Kartono kembali ke Pelatnas tahun 1978 dan terus menjadi pemain Pelatnas hingga tahun 1986.

Tidak sedikit prestasi yang telah ditorehkannya. Ia berhasil menjadi juara ganda putra All England dua kali yakni tahun 1981 dan 1984 berpasangan dengan Rudy Heryanto. Masih dengan pasangan yang sama, ia menjuarai Indonesia Open 1982 dan 1983. Tidak cukup dua kali, Kartono kembali menjuarai Indonesia Open tahun 1985 dan 1986, tapi kali ini ia berpasangan dengan Liem Swie King. Bersama pemilik julukan King Smash, ia menjuarai ajang bergengsi lainnya Invitasi Piala Dunia 1985.

“Pengalaman paling berkesan sebagai pemain saat juara All England pertama kali. Menjadi juara All England adalah capaian prestisius buat seorang pemain bulutangkis . Apalagi jaman dulu kalau mau berangkat All England harus diseleksi dulu, karena tidak banyak yang dikirim,” ujarnya.

Menariknya, kiprah Kartono sebagai juara All England dilanjutkan oleh pemain ganda Halim Haryanto yang kemudian menjadi menantu-nya. Halim merupakan juara All England dan juara dunia tahun 2001 bersama Tony Gunawan. Halim kemudian menikah dengan putri kedua Kartono yang bernama Jeanny Natalia.

Bila saat ini Kartono terlibat aktif sebagai pencari bakat atlet-atlet muda, maka bisa jadi anak-anak yang terpilih akan menjadi juara All England beberapa tahun mendatang seperti yang dicapainya maupun menantu-nya Halim Haryanto. Semoga. (HK)