Inspiring Story
Home > Berita > Inspiring Story > Ghaida Sempat Mengubur Mimpi Jadi Atlet Bulutangkis
06 Januari 2017
Ghaida Sempat Mengubur Mimpi Jadi Atlet Bulutangkis
 
 

Atlet tunggal putri PB Djarum, Ghaida Nurul Ghaniyu sukses menjadi juara Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PBSI nomor tunggal taruna putri pada Desember lalu di Solo, Jawa Tengah. Ia pun kemudian dipanggil oleh PBSI untuk bergabung bersama Pelatnas di awal tahun ini. Namun, siapa sangka atlet yang lahir di Bandung, 5 September 1998 ini bercerita bahwa dirinya sempat tak ingin melanjutkan karir di bulutangkis.

Ghaida bergabung bersama PB Djarum melalui Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis di tahun 2011 lalu. Namun ini bukanlah percobaan pertama kali Ghaida. “Sebenarnya saya sempat ingin ikut Audisi tahun 2010, hanya sempat ada masalah sama pelatih yang dulu. Jadi sempat ditunda, mungkin pelatih saya dulu sayang, masih ingin melatih saya,” ujar Ghaida.

Berselisih pendapat bersama pelatih, orang tua Ghaida, Dadang Gunawan sempat tak memperbolehkan sang putri untuk kembali berlatih. Ia pun akhirnya sempat vakum berlatih dan tak lagi memikirkan mengenai Audisi Umum.

“Jadi dulu sempat berhenti latihan, dan inginnya sekolah saja. Tapi waktu itu saya ikut les bahasa Inggris, dan ada teman les yang minta ditemani berlatih bulutangkis. Waktu itu pun saya niatnya hanya menemani saja, tidak ada keinginan lagi untuk berlatih bulutangkis serius dan akhirnya latihan bareng lagi,” tambahnya.

Ghaida pun akhirnya berlatih bersama sampai akhirnya sang rekan mengajaknya untuk ikut Audisi Umum di tahun 2011. Ia pun memutuskan untuk menemani temannya ke Kudus. “Niatnya memang mau nemenin aja, eh pas hari H, malah teman saya nggak jadi ikut. Jadinya malah saya sama ayah berdua ke Kudus” kenangnya.

Ia pun akhirnya sukses melalui tahapan panjang Audisi Umum dan masuk karantina. Perjuangan tak berhenti sampai di sana. Selama masa karantina, Ghaida justru terkena cedera, kakinya terkilir dan tak berlatih. “Sempat maksa saat itu, ingin latihan karena akhirnya jadi ingin diterima PB Djarum,” lanjutnya.

Ghaida pun mengaku menanti surat panggilan dari PB Djarum dan akhirnya kabar gembira itu datang. Ghaida resmi bergabung bersama PB Djarum pada 11 Juli 2011.

“Setelah diterima, saya tentu bersyukur. Cita-cita saya pun ingin lebih tinggi lagi, menjadi bagian PB Djarum pun saya sudah bangga. Kalau di 2011 itu saya tidak diterima, mungkin saya akan sekolah saja apalagi waktu itu les bahasa inggris pun belum selesai,” ujar bungsu dua bersaudara pasangan Dadang dan Ema Komariah ini.

Di awal kepindahannya ke Kudus, Ghaida mengaku tak mengalami masa sulit karena jauh dari orang tua, dan keinginannya untuk bisa menjadi pemain dunia membuatnya terus menjalani proses panjang ini.

“Dari kecil memang terbiasa mandiri, jadi saya tidak mengalami banyak kesulitan saat pindah ke Kudus. Dan sekarang di Cipayung, semoga bisa semakin berprestasi lagi setelah latihan di sana,” pungkasnya. (RI)