Wawancara
Home > Berita > AUDISI UMUM > [Audisi Umum 2016] Mewujudkan Mimpi Seperti King
02 September 2016
[Audisi Umum 2016] Mewujudkan Mimpi Seperti King
 
 

Liew Swie King adalah salah satu tunggal putra yang pernah dimiliki tanah air. Tiga gelar di kejuaraan bulutangkis tertua, All England menjadi salah satu prestasi terbaik kala itu. Atlet yang lahir di Kudus, 28 Februari 1956 ini menjadi generasi juara pertama asal PB Djarum, ia lahir dan besar di Kudus dan akhirnya berprestasi di panggung dunia.

“Kalau mau jadi juara harus berlatih lebih keras dari yang lain. Saya harus berlatih lebih dari lawan-lawan saya,” ujarnya di sela Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 pada Rabu (31/8) lalu.

King mulai mencintai dan menekuni bulutangkis di usianya yang ke delapan. Kala itu ia berlatih di halaman belakang rumahnya di Kudus, kota kelahirannya. Rumah yang kini tak ditinggali pun masih tetap kokoh berdiri di Kota Kretek ini.

“Awalnya saya main lawan temen-temen papa saya, di belakang rumah ada lapangan, sampai sekarang rumah dan lapangannya masih ada tetapi memang sudah tidak di tempati. Dulu sering diadu sama temen-temen orang tua saya, dari sana saya mulai serius bulutangkis,” kenangnya.

Ia pun menuturkan masih banyak kenangan manis di kota kelahirannya ini. “Kenangan di sini pasti banyak. Saya dulu sering lari ke Colo. Jaraknya sekitar 18 kilo(meter). Saya baru berlari dari Dawe ke Colo itu jaraknya sekitar 10 kilo(meter). Sebelum ada Djarum saya latihan sendiri. Saya lari, adik saya bawakan minuman untuk saya. Setelah ada Djarum baru saya memiliki program latihan dan akhirnya memiliki pelatih. Dulu pelatih saya Agus Susanto dan Pak Anwari pelatih saya,” kenangnya.

King pun menuturkan bekal fisik menjadi salah satu faktor yang bisa membawanya untuk unjuk gigi di pentas dunia. “Dulu saya memang rasakan setiap tahun kemajuan saya karena fisik saya lebih kuat. Di usia saya 13 sampai 15 tahun saya merasakan bahwa fisik jadi faktor pendukung. Saya juga sering latihan teknik, ada sparing, dan saya menambah latihan sendiri di luar program latihan dari pelatih,” tambahnya.

Perlahan ia pun akhirnya bisa menjadi salah satu tunggal putra terbaik yang pernah ada. Ia mengaku bahwa bisa mengalahkan Rudy Hartono di All England tahun 1978 menjadi salah satu mimpi yang menjadi nyata, dan salah satu moment paling membanggakan baginya.

“Idola saya Rudy Hartono, saya masih kecil, Rudy sudah juara All England. Makanya pas bisa menang dari Rudy di All England itu menjadi kenangan terbaik bagi saya. Saya bisa mengalahkan idola saya, benar-benar tak terlupakan, benar-benar mimpin jadi nyata,” ceritanya.

Ia pun memberikan pesan bagi para pebulutangkis muda yang kini tengah memperebutkan beasiswa bulutangkis dari Bakti Olahraga Djarum Foundation. “Saya saat seumuran mereka (peserta Audisi Umum – red) masih bermain seperti itu. Setelah itu baru mungkin prosesnya beda. Harus ada kemauan untuk lebih capek latihan, tidak mau kalah, latihan lebih dari yang lain. Ini yang menjadi proses penting, harus terus berlatih,” pesannya kepada para peserta.

King memang menjadi salah satu atlet kebanggaan tanah air. Tetapi ia kini sudah tak lagi bermain bulutangkis. “Sekarang saya olahraga main tenis saja, jauh lebih ringan dari main bulutangkis. Meskipun kalau bagi saya ya tetap susah tenis daripada bulutangkis,” pungkasnya sambil tertawa.

Terus berlatih menjadi kunci kesuksesan King. Sobat muda ingin mewujudkan mimpi seperti King? Terus berlatih sobat! (RI)