Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > Sang Piala yang Lama Tak Pulang
22 Mei 2011
Sang Piala yang Lama Tak Pulang
 
 

Kejuaraan Piala Sudirman merupakan salah satu kejuaraan dunia beregu prestis selain perebutan Piala Thomas dan Piala Uber. Jika Piala Thomas dimaksudkan untuk beregu putra dan Piala Uber untuk beregu putri, Piala Sudirman diperebutkan oleh beregu campuran. Diadakan setiap dua tahun sekali, kejuaraan ini mempertandingkan kelima partai yang ada di bulutangkis.

Tepat 22 tahun yang lalu, kejuaraan Piala Sudirman yang pertama diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta pada tanggal 24-29 Mei 1989. Saat itu, piala yang mengambil namanya dari sang pendiri PBSI, Dick Sudirman tak pergi kemana-mana. Tim tuan rumah menang tipis 3-2 atas Korea Selatan, padahal saat itu Indonesia sudah sempat tertinggal 0-2 karena Eddy Hartono/Rudy Gunawan kalah sangat tipis 9-15, 15-8, dan 13-15 dari pasangan legendaris Korsel Park Joo Bong/Kim Moon So, dan Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati juga tidak kuasa menghadapi keganasan Hwang Hye Young/Chung Soo Young.

Adalah Susi Susanti yang memperpanjang nafas babak final saat itu. Setelah pertandingan yang begitu menegangkan di dua game pertama, Susi benar-benar memberi pelajaran keras pada wakil Korsel Lee Young Suk di game ketiga dengan kemenangan mutlak 11-0. Setelah itu, wakil tunggal putra Indonesia Eddy Kurniawan pun tak mau kalah dari Susi. Ia menang telak 15-4 dan 15-3 atas Sung Han Kok.

Di partai kelima, Eddy Hartono dan Verawaty Fajrin kembali turun ke lapangan. Kekalahan di partai sebelumnya nampaknya membuat mereka berdua geram dan menjadi sangat penuh tekad. Melawan Park Joo Bong/Chung Soo Young, mereka sempat harus mengulur game pertama sebelum menang 18-13. Namun game kedua menjadi anti klimaks. Dengan mudah Eddy/Vera menang 15-3, sekaligus mengumandangkan keberhasilan menjaga sang Piala untuk tetap berada di negara pembuatnya.

Piala Sudirman adalah sebuah piala yang bernilai US$ 15 ribu. Menjulang setinggi 80 cm, Sang Piala dibuat dari bahan perak berlapis emas 22 karat (92%) dengan materi fondasi dari kayu jati. Di pucuk atas Piala terdapat ukiran replika Candi Borobudur. Sungguh sebuah piala yang sangat bernuansa Indonesia.

Namun, Sang Piala ternyata lebih sering singgah di negara lain. Sejak tahun 1991 (perhelatan kedua), Sang Piala bergantian terbang ke Korea Selatan dan China sampai hari ini. Korsel menyimpan Sang Piala setelah kemenangan pada tahun 1991, 1993, dan 2003, sedangkan China memboyongnya setelah kemenangan tujuh kali pada tahun 1995-2001, serta 2005-2009. Setelah kemenangan perdananya, Indonesia sempat enam kali masuk final, namun belum berhasil menjemput pulang Sang Piala.

Tahun ini memang tetap berat perjuangan untuk memboyong pulang Piala Sudirman. Tetapi seperti yang dikatan oleh Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Hadi Nasri, yang terpenting adalah perjuangannya. Siapa tahu para generasi muda yang berpartisipasi tahun ini menuai banyak pengalaman di Qingdao sehingga dua tahun kemudian mereka sudah matang dan solid untuk menjemput pulang Sang Piala. Selama ada harapan, tentu ada jalan, jalan untuk membawa pulang Sang Piala. (DC)