Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > [Australia Open Super Series 2014] Runtuhnya tembok China
30 Juni 2014
[Australia Open Super Series 2014] Runtuhnya tembok China
 
 

Sumber foto: alwaysbadminton.com

Jika kita selalu melihat pemain tunggal putri China secara bergantian berdiri paling tinggi di podium juara, maka Sydney menjadi saksi akan runtuhnya tembok China. Fakta membuktikan dua pemain yang mendapat sorotan mata dunia kali ini bukan berasal dari China. Siapa yang sangka jika Saina Nehwal dan Carolina Marin mampu menggeser kejayaan putri-putri China dan akhirnya berdiri memegang Prize money sambil mendapat kalungan medali.

China datang pada kejuaraan berhadiah total US$ 750.000,- dengan beberapa pemain terbaiknya. China diwakili oleh pemain nomor dua dunia Wang Shixian, Han Li pemain putri China berperingkat empat belas dunia serta pemain debutan baru Yu Sun.

Banyak yang memperkirakan Wang Shixian akan mampu menjadi kampiun pada kejuraan yang tahun ini naik kelas menjadi Super Series setelah dua pemain China lainnya Li Xuerui dan Wang Yihan tak tampil. Dua gelar juara pada kejuaraan India Open Super Series 2014 dan All England Super Series Premier 2014 serta beberapa runner up di kejuaraan sekelas Super Series cukup sebagai bukti ketangguhannya. Namun Saina Nehwal mementahkan semua perkiraaan. Saina yang haus akan gelar juara setelah cedera yang di alaminya mampu membalikkan keadaan. Sun Yu pemain orbitan China dari Kejuaraan Dunia Junior, menjadi korban pertama Saina di babak pertama.

Selanjutnya giliran Wang Shixian yang di hentikan Saina di babak semifinal melalui pertarungan rubber game. Setali tiga uang, Han Li, pemain putri China yang sempat menjadi juara Indonesia Open Grand Prix Gold 2012 ikut kandas di tangan pemain dari negeri matahari terbit, Jepang. Adalah Yui Hashimoto, pemain putri Jepang berperingkat 74 dunia yang mengalahkan Han Li. Langkah Yui Hashimoto akhirnya terhenti di tangan gadis Spanyol Carolina Marin.

Kehadiran Carolina Marin, pemain yang pernah berlatih di Pelatnas Cipayung pada partai puncak memberikan warna baru bagi perkembangan dunia bulutangkis. Spanyol yang semula merupakan negeri entah berantah di dunia bulutangkis, kini mulai diperhitungkan. Spanyol yang dulunya lebih terkenal dengan olahraga sepak bola atau tennis dengan Raffael Nadal, kini mulai mencuri perhatian dengan munculnya pemain putri bertangan kidal. Carolina Marin seolah-olah merupakan titisan baru putri Eropa setelah mundurnya Tinne Baun dari Denmark dan Juliane Schenk dari Jerman.

Memang masih butuh waktu bagi Carolina Marin untuk bisa menundukkan pemain sekaliber Saina Nehwal. Setidaknya, hadirnya Carolina Marin di partai puncak cukup membuat para pemain dunia berhati-hati jika harus berhadapan dengannya. (AR)