Diantara generasi penerus ganda campuran Indonesia, nama Melati Daeva Oktaviani patut di kedepankan. Pemain jebolan PB Djarum ini memang layak di sebut sebagai pengganti seniornya macam Liliyana Natsir atau Debby Susanto. Di saat masih belia dulu ia penah membuat harum nama Indonesia di kejuaraan BWF World Junior Championships 2012. Gelar juara ganda campuran bisa ia persembahkan bagi pertiwi di kejuaraan yang khusus di selenggarakan bagi pemain junior.
Prestasinya di era senior juga cukup menjanjikan. Jika di tahun 2015 ia dan partner tetapnya Ronald Alexander bisa meraih gelar juara di kejuaraan sekelas Grand Prix pada kejuaraan Chinese Taipei Open Grand Prix 2015, maka di tahun 2016, ia langsung naik kelas. Melati dan Ronald bisa mengamankan gelar juara dari dalam negeri di kejuaraan Indonesian Master 2016, sebuah kejuaraan sekelas grand prix gold. Di kejuaraan yang di laksanakan di kota Balikpapan, Melati dapat mengalahkan dua pasang ganda campuran dari China seperti Tian Qiang/Yu Xa dan He Jiting/Du Yue. Selain menghentikan rekannya sendiri, Melati di babak final bisa mengkandaskan andalan dari Malaysia Tan Kian Meng/Lai Pei Jing.
Di awal tahun 2016 Melati sempat menembus babak perempat final di kejuaraan Malaysia Masters 2016 dan India Open Grand Prix Gold 2016. Melati dan Ronald rupanya masih belum bisa melewati rasa penasarannya dengan ganda suami istri dari Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Di kejuaraan Malaysia Open Super Series Premier 2016 dan Al England 2016 Melati belum bisa merebut kemenangan dari ganda Inggris ini.
Sampai akhir tahun 2016 peringkat dunia Melati di ganda campuran terus merangkak naik. Menutup tahun Monyet Api, Melati Daeva Oktaviani dan Ronald Alexander telah berhasil menembus lima belas besar dunia atau tepatnya pada urutan empat belas. (AR)