Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > [FOX’s Indonesia Para Badminton International 2022] Mengenal 6 Klasifikasi Kelas Para Badminton
23 Agustus 2022
[FOX’s Indonesia Para Badminton International 2022] Mengenal 6 Klasifikasi Kelas Para Badminton
 
 

Pertandingan FOX’S Indonesia Para Badminton International 2022 telah mulai bergulir di GOR Amongrogo Yogyakarta, pada 22–28 Agustus 2022. Turnamen Grade 2 – Level 3 ini menjadi bagian dari rangkaian BWF Para Badminton World Circuit. Berbeda dengan turnamen bulutangkis biasanya, pertandingan para badminton memiliki beberapa kelas pertandingan berdasarkan keterbatasan yang dimiliki para atlet.

PBDjarum.org mencoba merangkum dan menjelaskan perbedaan dari masing-masing kelas. Berikut informasi selengkapnya:

Terdapat enam kelas pertandingan di para badminton, yaitu dua kelas kursi roda (WH), dua kelas berdiri untuk disabilitas bagian bawah (SL), satu kelas berdiri untuk disabilitas bagian atas (SU) dan satu kelas untuk atlet bertubuh pendek (SH). Atlet di kelas WH 1 memiliki keterbatasan aktivitas terbesar.

Kelas WH 1, WH 2 dan SL 3 memainkan half-court/setengah lapangan (memanjang) di single dan full-court di nomor ganda. Sementara kelas SL 4, SU 5 dan SH 6 bermain full-court di kelima nomor pertandingan, yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.

Kelas Kursi Roda

Ada dua kelas untuk atlet yang berlaga di kursi roda. Atlet ini memiliki gangguan tungkai bawah yang menciptakan keterbatasan aktivitas dalam kemampuan mereka untuk bermain berdiri. WH 1 atlet memiliki gangguan lebih besar dibanding atlet WH 2.

WH 1

Atlet di kelas olahraga ini umumnya mengalami gangguan pada kedua tungkai bawah dan batang tubuh. Mereka mungkin juga memiliki fungsi tangan yang terganggu, sehingga mempengaruhi kemampuan mereka untuk manuver kursi roda. Atlet pada kelas ini memegang kursi roda mereka dengan satu tangan sambil mengayunkan raket mereka. Mereka akan mendorong atau menarik diri kembali ke posisi duduk netral setelah memukul shutlecock. Atlet WH 1 ini memiliki cedera tulang belakang yang tinggi di kelas olahraga ini.

WH 2

Atlet di kelas ini umumnya mengalami gangguan pada salah satu atau kedua tungkai bawah. Mereka menggerakkan kursi roda dengan lebih cepat dari pada atlet WH 1 dan kurang mengandalkan pegangan pada roda untuk menjaga keseimbangan. Atlet WH 2 ini kehilangan satu atau dua kaki di atas lutut atau cedera tulang belakang yang lebih rendah.

Kelas Berdiri

Ada empat kelas olahraga untuk atlet yang berkompetisi berdiri. Atlet SL memiliki gangguan pada tungkai bawah dan SU di tungkai atas. Sementara atlet SS memiliki perawakan pendek.

SL 3

Atlet di kelas olahraga ini umumnya mengalami gangguan pada salah satu atau kedua tungkai bawah dan keseimbangan berjalan/ berjalan buruk. Untuk meminimalkan dampak keterbatasannya, mereka bersaing di half-court/ setengah lapangan (memanjang). Atlet di nomor ini kemungkinan dengan keterbatasan cerebral palsy, polio bilateral atau kehilangan kedua kaki di bawah lutut.

SL 4

Atlet di kelas olahraga ini memiliki gangguan yang lebih rendah dibandingkan dengan SL 3. Mereka umumnya berjalan lebih cepat dan memiliki keseimbangan yang lebih baik dan bermain full-court. Atlet di nomor ini mengalami gangguan pada salah satu atau kedua tungkai bawah, polio sepihak atau cerebral palsy ringan.

SU 5

Atlet di kelas olahraga ini hanya memiliki keterbatasan pada anggota tubuh bagian atas mereka. Ini mungkin merupakan gangguan yang sangat ringan pada tangan pemain seperti jempol yang hilang, mempengaruhi pegangan dan karena itu salah satu tumpuan kekuatan pukulan.

Di kelas olahraga yang sama, atlet mungkin memiliki gangguan yang lebih parah pada lengan yang tidak digunakan untuk memegang raket, mempengaruhi gerakan keseimbangan, perputaran badar dan kemampuan untuk melakukan servis. Atlet di nomor ini bisa memiliki keterbatasan dengan amputi lengan, atau lengan tanpa fungsi karena kerusakan saraf.

SH 6

Atlet yang bertanding di kelas olahraga ini memiliki perawakan pendek. Untuk postur pendek laki-laki, memiliki tinggi saat berdiri < 145 cm, panjang lengan 66 cm dan jumlah dari tinggi dan panjang lengan < 200 cm. Sedangkan untuk postur pendek perempuan, tinggi saat berdiri < 137 cm, panjang lengan < 63 cm dan jumlah dari tinggi dan panjang lengan < 190 cm.

(NAF)