Sigid Sudrajat mempunyai cerita yang kurang menggembirakan saat mudik lebaran. Tanpa di duga ia mengalami sedikit insiden kecil selepas latihan. Lapangan tempat ia berlatih harus melalui jalan yang masih belum selesai di perbaiki. Banyak pasir yang masih berceceran di jalan itu. Selepas latihan bulutangkis, sekitar pukul satu dini hari, saat harus melalui jalan itu rupanya motor yang di kendarainya oleng dan terjatuh dan Sigid pun terjerembab. Beruntung kaki atau tangannya tidak mengalami terkilir. Hanya saja ia mengalami luka di berbagai tempat. “Jalannya licin, gara-gara ada pasir,” ujarnya beralasan. Sigid pun akhirnya harus melaksanakan sholat Ied sambil duduk, karena luka yang ada di kakinya memaksanya untuk tetap dalam keadaan lurus. Beruntung jarak mesjid tak jauh dari kediamannya. Jadi ia tak perlu susah payah berjalan menuju ke mesjid. Kejadian ini tepat dua hari menjelang hari raya lebaran.
Meski kakinya masih dalam keadaan luka, tapi ia tetap semangat untuk menyambut lebaran. Pada saat malam takbiran ia masih bisa berkumpul bersama di rumah neneknya yang rumahnya tidak terlalu jauh dari kediamannya. Di rumah yang sederhana ini lah tercipta kehangatan antar keluarga. Hampir seluruh keluarganya berkumpul bersama. Tak ada ritual khusus pada malam takbiran. Yang ada hanya bersenda gurau, bercengkrama antar sesama keluarga. “Biasanya di rumah si mbah kita kumpul keluarga besar. Gak ada kegiatan khusus di malam takbiran, kita cuma ngobrol-ngobrol aja,” ujarnya.
Di hari lebaranpun selepas menunaikan Sholat Ied, ia dan keluarga langsung menuju rumah Si Mbah. Hanya acara sungkeman yang biasa di lakukan di rumah mungil itu. Ia beserta keluarga besarnya saling menghaturkan maaf. Dari sini pula seluruh keluarganya berangkat menuju pusara tempat leluhur keluarga Sigid di semayamkan. “Biasanya sore hari di hari lebaran saya dan ayah mengunjungi makam untuk berdo’a,” ceritanya.
Sigid yang sudah sering menjadi juara di berbagai turnamen merasa beruntung. Karena dari penghasilannya ia sudah bisa membantu keluarganya. Tak hanya membantu kedua orangtuanya, iapun bisa membantu anggota keluarganya dari penghasilan yang ia peroleh. “Alhamdulillah saya bisa membantu bude saya yang rumahnya masih beralaskan tanah,” ujarnya lirih. “Di kampung masih banyak saudara yang seperti ini keadaannya,” lanjutnya. Khusus untuk orang tua, ia akan membantu setiap saat, kapanpun itu. “Saat ini saya sekedar memberi jajan orang tua. Tetapi jika mereka ada keperluan, saya pasti akan membantu,” tegasnya. (AR)