Banyak yang menyebut, Hariyanto Arbi merupakan reinkarnasi dari pendahulunya Lim Swie King. Jumping Smash milik Lim Swie King atau yang dulu lebih sering di kenal dengan sebutan
“King Smash” yang menjadi ciri khasnya, memang mirip dengan dirinya. Hanya saja tehnik lompatan yang di miliki Hariyanto Arbi sedikit berbeda dengan Lim Swie King. Menurut Saiful Arisanto dalam buku Biografi Hariyanto Arbi, Lim Swie King akan mundur selangkah baru kemudian melakukan lompatan untuk smash, sementara Hariyanto Arbi tidak melangkah mundur, tetapi langsung melompat untuk melakukan pukulan smash. Dengan tehnik smash seperti ini lah Hariyanto Arbi atau yang biasa di panggil dengan Hari mengalahkan lawan-lawannya.
Karir Hari dimulai dengan mengikuti kejuaraan Pelajar se-Asia di Hongkong pada tahun 1986. Hari dan rekan-rekannya yang tergabung dalam tim Pelajar Indonesia memboyong gelar juara beregu. Tiga kali Hari mengikuti kejuaraan Dunia Yunior atau yang dulu disebut kejuaraan Invitasi Bulutangkis Dunia Junior. Dua kali ia belum berhasil mencapai babak puncak. Di tahun 1989 barulah ia masuk partai puncak. Jakarta menjadi saksi munculnya juara baru dengan gaya smash yang atraktif. Hari merebut gelar juara tunggal putra dengan mengalahkan pemain China Zhang Yi. Sebagai hadiah dari PB Djarum, Hari dikirim ke dua kejuaraan di benua Eropa di tahun 1990. Di kejuaraan Swedia Open, ia kalah mudah di babak pertama dari Poul Erick Hoyer Larsen. Hari langsung membalas kekalahannya dari Poul Erick Hoyer Larsen di kejuaraan All England. Sayang, kiprahnya di kejuaraan tertua itu terhenti di tangan Eddy Kurniawan di babak perempat final.
Nama Hariyanto Arbi memang tidak pernah bisa lepas dari kejuaraan All England. Namanya berkibar dengan keberhasilannya menjadi juara sebanyak dua kali. Pertama kali menjadi juara di tahun 1993 dengan mengalahkan Joko Suprianto. Keberhasilannya menjadi juara berlanjut di tahun 1994. Dalam babak All Indonesian Final, Arbi mengalahkan Ardy Bernardus Wiranata.
Hari gagal mencatat hatrick menjadi juara tiga kali di kejuaraan Jepang terbuka. Ardy Bernardus Wiranata menggagalkan usaha Hari di tahun 1994. Namun Hari mampu menjadi juara Jepang sebanyak dua kali di tahun 1993 dan 1995.
Selain di kejuaran All England dan Jepang Terbuka, Hari pun mencatatkan dirinya menjadi juara Taipei Master, Juara Invitasi Dunia 555, Juara Hongkong Terbuka dan merebut medali emas SEA Games beregu dan tunggal putra. Semuanya tercipta di tahun 1994. Di tahun 1995 selain menjadi juara Hongkong Terbuka, Hari pun mengoleksi gelar Juara Dunia.
Hari juga menjadi pahlawan bagi tim piala Thomas Indonesia. Tiga kali ia memperkuat tim piala Thomas Indonesia, tiga kali pula Indonesia mampu membawa pulang piala Thomas. Ia menjadi bagian dari tim piala Thomas pada tahun 1996, 1998, 2000.
Kini, setalah ia pensiun dari dunia bulutangkis, iapun terjun menjadi pebisnis. Ia memimpin perusahaan alat-alat olahraga dengan merk Fly Power. Semoga sukses. (AR)