Hariyanto Arbi kembali dipercaya menjadi ujung tombak pada perebutan Piala Thomas 1998 di Hongkong. Ia bersama Joko Supriyanto, Hendrawan, Marleve Mainaky dan Indra Wijaya di barisan tunggal. Sementara kekuatan ganda diisi oleh Ricky Soebagja, Rexy Mainaki, Candra Wijaya, Sigit Budiarto dan Tony Gunawan. Indonesia berada satu grup bersama Malaysia, Korea dan Belanda.
Hari tampil percaya diri dipertandingan pertama. Saat bertemu Jeoen Van Dijk dari Belanda, hari menang 15-10, 15-10. Ia menyumbangkan satu angka sebelum akhirnya Indonesia menang telak 5-0 atas Belanda. “Pertandingan pertama itu memang selalu tidak mudah. Sebagai ujung tombak saya sempat kerepotan melawan Jeroen Van Dijk. Tetapi karena seirng bertemu dan belum pernah kalah saya memiliki percaya diri dan menang lawan dia,” ujarnya seperti yang diungkapkan dalam biografinya. Ia pun mendulang poin bagi tim Indonesia saat menang 3-0 dari Korea. Hari diistirahatkan pada pertandingan melawan Malaysia. Posisinya digantikan oleh Hendrawan. Meski demikian, Indonesia tetap menang 4-1 dari Malaysia. Di babak semifinal, Indonesia sudah ditunggu oleh Tiongkok. Indonesia sukses meluncur ke babak final untuk bertemu Malaysia usai menang 3-2 dari Tiongkok. Sayangnya Hariyanto Arbi tidak bisa menyumbangkan kemenangan bagi Indonesia. Hariyanto gagal membendung Sun Jun. Ia kalah 18-17, 4-15, 1-15. Rupanya cidera otot betis menjadi penyebab kekalahannya.
Dengan alasan strategi, Hariyanto Arbi tetap dimainkan dibabak final. Walau cidera, hariyanto tampil pada partai pertama melawan Ong Ewe Jock. Hari kalah 14-18, 7-15. Dan strategi Indonesia berbuah manis. Indonesia merebut ttiga partai lainnya melalui Ricky/Rexy, Hendrawan dan Candra Sigit. Hanya Joko Supriyanti yang kalah pada partai yang sudah tidak menentukan. Indonesia menang 3-2 atas Malaysia.
Cerita sedih terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia pada perebutan Piala Thomas 2000. Saat latihan di Stadion Putra, Bukit Jalil, otot paha kanan Hariyanto Arbi tertarik. Iapun tidak bisa bertanding pada putaran final. Kekuatan Indonesia kini bertumpu pada tiga tunggal pura Indonesia lainnya, yakni Hendrawan, Taufik Hidayat, Marleve Mainaky. Ketiga pemain inilah yang harus bertanding dari awal sampai akhir.
“Sedih sekali ketika tahu ada yang tidak beres pada paha kanan saya. Sebagai pemain saya pasti ingin tampil kalau diturunkan. Namun nasib berkata lain. Saya cuma jadi penonton,” tuturnya.
Untungnya Indonesia selalu menang di semua pertandingan. Di putaran penyisihan grup, Indonesia menang 5-0 dari Swedia dan Inggris. Lalu menang dari Tiongkook 4-1. Dibabak semifinal, Denmark ditekuk 3-2. Pada pertandingan pucak, para pemain Indonesia kembali membungkam Tiongkok. Kali ini Indonesia menang lebih cepat 3-0. Hendrawan menang dari Xia Xuanze dengan 11-15, 15-7, 15-9. Lalu pasangan dadakan Tony Gunawan/Rexy Mainaky unggul dari Chen Qiu Qiu dengan 15-9, 15-2. Satu kemenangan lainnya disumbang oleh Taufik Hidayat yang menang dari Jin Xinpeng, 15-9, 17-14.
Tak salah jika kemudian seorang Hariyanto Arbi menilai jika semangat bertanding memiliki arti tersendiri disetiap pertandingan.
“Semangat rekan-rekan juga luar biasa. Kalau cuma memikirkan dirinya sendiri, tentu hasilnya akan lain. Teman-teman sepertinya berjuang tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga mewakili saya yang terpaksa absen karena cedera. Semangat inilah yag tidak boleh luntur dan harus menjadi salah satu sumber kekuatan tim piala Thomas Indonesia di setiap pertandingan diajang perebutan piala Thomas. Terbukti dengan kebersamaan dan kekompakan, kita sulit dikalahkan negara lain. Semangat inilah yang harus dijunjung tinggi pemain kita sampai kapanpun,” pungkasnya (AR)