Gerakannya yang lincah dan teriakan khas kala bertanding menjadi pemandangan yang biasa terlihat ketika Ario Bimo Gagat Raino menangkis shuttlecock di lapangan hijau. Bimo, begitu ia biasa disapa, merupakan atlet termuda yang berlatih di klub PB Djarum sektor ganda.
Atlet muda kelahiran 20 Mei 1999 ini mulai bergabung dengan PB Djarum sejak Agustus 2011 lalu. Usianya yang terbilang paling muda membuatnya kerap digoda oleh senior-seniornya.
“Ya kadang sering digoda karena paling kecil, tapi saya senang karena itu artinya mereka perhatian sama saya,” kata Bimo ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Namun siapa sangka, Bimo yang mulai mengenal bulutangkis sejak kelas 5 SD ini terlahir jauh dari lingkungan olahraga, melainkan dari keluarga tentara. Dimulai dari kakek, ayah dan kakak laki-lakinya, semuanya berprofesi sebagai TNI. Ia pun awalnya sempat bercita-cita mengikuti jejak keluarganya menjadi tentara.
Sejak kecil, Bimo kerap ikut sang mama bermain bulutangkis.
“Mama suka main bulutangkis dengan teman-temannya, dan saya sering diajak. Sejak itu saya mulai tertarik untuk main bulutangkis terus,” ujarnya.
Salah seorang kerabatnya yang juga menjadi pelatih bulutangkis akhirnya mulai mengarahkan Bimo. Ia pun berhasil memenangkan kejuaraan Tasik Open 2010 pada nomor tunggal putra.
Ia kemudian mengikuti audisi PB Djarum dan kemudian diarahkan untuk bermain di sektor ganda.
"Sekarang udah nggak pengen jadi tentara. Sudah bosan, lihat mereka latihan. Kalau tentara kan bisa liat kakek, ayah sama kakak. Kalau jadi atlet belum ada di keluarga. Jadi sekarang mau jadi atlet saja," ujar Bimo sambil tertawa ringan.
Namun, kedisiplinan dari sikap tentara dan berlatih keras, tetap diterapkan Bimo saat berlatih bulutangkis. Ia pun berharap semoga bisa menjadi atlet yang mendunia.
"Kalau target tahun ini sih, pengen masuk final sirnas paling nggak tiga kali," kata Bimo lagi.
Good luck Bimo. Semoga targetnya tercapai. (NM)