
Nama dan wajah wartawan senior, Daryadi sudah banyak dikenal oleh publik. Apalagi ia sering muncul sebagai komentator dan juga pembawa acara siaran khusus bulutangkis di berbagai media televisi. Tak hanya dunia bulutangkis saja, ia pun melebarkan sayapnya dengan menjadi komentator olahraga bola voli di acara Pro Liga. Lebih dari itu, ia berani menerbitkan majalah khusus bulutangkis di saat media cetak mulai tergerus dengan kemajuan teknologi media berbasis internet.
Akrabnya ayah dua orang anak ini dengan dunia jurnalistik bukan suatu kebetulan. Ayahnya yang juga seorang wartawan sering menjejalinya dengan aneka berita dari berbagai media.
“Saya dari sekolah dasar memang senang mengarang. Baca koran menjadi makanan tiap hari karena selalu dibawain sama bapak. Waktu SMA sudah mulai membaca tulisan-tulisan wartawan olahraga top Kompas seperti Hendry Bangun, Jimmy Haryanto, Yesayas Oktavianus dan lainnya. Eh gak nyangka beberapa tahun kemudian jadi kawan di lapangan,” ujarnya.
Selepas tamat SMA, ia melanjutkan jenjang pendidikan ke fakultas jurnalistik, dunia yang melambungkan namanya. Lulus kuliah ia mulai mencoba keberuntungan dengan melamar pekerjaan di berbagai media cetak. Karir jurnalistiknya dimulai pada tahun 1989. Saat itu ia mengajukan diri dengan melamar pekerjaan di Kompas Grup. Diterima pada salah satu raksasa media masa itu, ia ditempatkan di Surabaya. Akhir 1990 ia mulai secara penuh menjadi wartawan khusus olahraga. Takdir pula yang membawanya meliput bidang olahraga yang disukainya seperti bulu tangkis, tenis dan Bola Voli.
“Makanya waktu itu saya mengenal pemain-pemain bulutangkis seperti Susy Susanti, Ardy Bernadus Wiranata dan pemain seangkatannya,” tuturnya.
Daryadi sempat berganti baju dengan pindah ke beberapa media, termasuk media elektronik seperti TV7. Ia juga sempat menjauhi berita olahraga dengan terjun pada majalah khusus politik, Suara Pemred. Dunia olahraga memang sudah mendarah daging baginya. Sekitar bulan Agustus 2015 iapun berikrar meniti karir sendiri.
“Sekitar Agustus 2015 memutuskan untuk membuat media sendiri, membuat majalah khusus bulutangkis,” sambungnya.
Seolah-olah meneruskan trasisi keluarga, salah satu putrinya, Citra Darmasarita, mulai mengikuti jejak sang ayah dan kakeknya. Hanya bedanya, sang putri yang sempat berlatih bulutangkis selama lebih dari delapan tahun lebih memilih dunia fotografi.
“Citra tidak terlalu minat baca, tapi dia suka fotografi. Sejak SMA ia ikut ex school fotografi. Belakangan ia main sebagai youtuber. Saya punya chanel youtube, semua karya dia,” tuturnya.
Ibarat pepatah buah jatuh tidak jatuh dari pohonnya, Citra seolah ingin mengikuti jejak ayah dan kakeknya untuk menjaga tradisi keluarga. (AR)
