Ternyata perjudian tak hanya berlangsung di ruang tertentu seperti kasino saja. Akan tetapi juga melebar ke dunia olahraga, salah satunya olahraga bulutangkis. Baru-baru ini, lewat situs resminya, Federasi Badminton Internasional (BWF) mengumumkan ada delapan pemain bulutangkis Indonesia dinyatakan bersalah setelah melakukan match fixing atau pengaturan skor atau hasil pertandingan.
Dalam pernyataan resmi BWF, delapan pemain Indonesia itu melanggar peraturan integritas BWF terkait pengaturan pertandingan, manipulasi pertarungan ataupun taruhan.
Tentunya pengaturan hasil pertandingan yang dilakukan oleh pemain tersebut dapat mencederai semangat olahraga dan melanggar sportivitas. Tindakan atlet tersebut justru merendahkan martabat olahraga itu sendiri. Oleh karena itu, peran klub menjadi penting untuk mendidik atlet binaannya agar tidak menjadi budak judi.
Mengenai kasus pengaturan skor tersebut, Yoppy Rosimin selaku Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation merasa ikut prihatin dan wajib mencari solusi agar hal tersebut tidak akan terjadi lagi ke depannya. Agar para atlet binaannya tidak terjerumus dalam pengaturan tersebut, Yoppy Rosimin mengatakan para atlet binaannya sudah sejak dini menyampaikan atau menekankan dan mengajak serta menanamkan sikap sportifitas.
"Sikap sportivitas itu harus dilakukan baik itu di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Kita juga harus melakukan banyak diskusi mengenai masa depan atlet bulutangkis yang baik dan benar," lanjut Yoppy Rosimin.
Salah satu langkah agar para atlet binaanya tidak terjerumus dalam kasus pengaturan hasil pertandingan adalah tetap berkomunikasi mesti tidak lagi menjadi atlet binaan.
"Ya kita selalu dan terus berkomunikasi setelah menjadi alumni PB Djarum. Caranya kita ajak berdiskusi," pungkas Yoppy Rosimin.
Sementara itu, Fung Permadi selaku Kepala Pelatih PB Djarum memberikan tanggapan jika kasus pengaturan skor itu adalah sudah lama beredar desas desusnya dan kali ini baru bisa terbukti.
"Memang tidak ada cara secara khusus agar atlet kita tidak terjerumus. Biasanya kita melibatkan altlet-atlet senior yang sudah tidak di Pelatnas lagi atau jebolan klub-klub yang bermain di luar negeri," pungkas Fung permadi.
"Tetapi kita juga selalu mengingatkan kepada atlet kita agar tidak terjerumus dengan kasus itu. Dan jika ada atlet kita yang terjerumus pastinya akan kita hentikan keanggotaannya," tutup Fung Permadi. (ds)