Mantan atlet pelatnas dan pelatih internasional, yang juga Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Tengah, Basri Yusuf, meluncurkan buku berjudul “Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science”. Buku ini mengupas pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi atau sport science sejak dini untuk membentuk atlet bulutangkis yang bermental juara dan berprestasi di level dunia.
Dalam buku tersebut, Basri mengatakan bahwa sport science sangat berpengaruh terhadap pembibitan maupun bekal bagi karier para atlet, selain bakat dan juga penguasaan teknik. Menurutnya, pelatihan berbasis sport science sangat penting untuk pembinaan atlet jangka panjang. Selain itu, metode ini juga mampu membantu pelatih mengeluarkan potensi terbaik dari para atlet bulutangkis yang mereka bina.
“Buku ini membedah mengenai pendekatan sport science, program pelatihan, kejuaraan, dan pemulihan berdasarkan kronologi biologis dalam tiga bagian, yaitu sebelum puber, pada saat puber dan setelah puber. Di setiap pertumbuhan atlet itu harus dimaksimalkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapannya, bukan kronologi usianya. Jangka panjang itu bisa dalam kurun waktu 10 tahun atau 10 ribu jam latihan,” ujar Basri dalam acara peluncuran buku di sela rangkaian Audisi Umum PB Djarum 2022 di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah.
Program pelatihan di buku ini dibagi ke dalam enam tingkatan berdasarkan kelompok usia. Melalui enam tahapan ini, Basri menegaskan bahwa prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan, namun melalui pembinaan jangka panjang. Penggunaan sport science membantu dalam menganalisa lebih banyak hal dan efekif bagi pembinaan.
Basri mengatakan awal mula ide menulis buku ini muncul pada tahun 2005, ketika menetap di Singapura. Kala itu, ia membuat suatu diagram sederhana sebagai bahan evaluasi kepelatihan yang tepat untuk diterapkan. Mantan atlet yang memulai karier sebagai atlet pelatnas di tahun 1975 ini, menganggap bahwa diagram tersebut harus dikembangkan secara serius menjadi karya ilmiah. Namun, lantaran aktivitas yang cukup padat, ia akhirnya baru bisa memulai proses penggarapan buku dalam dua tahun terakhir..
“Buku ini merupakan kristalisasi dari pengalaman saya sebagai pemain, pelatih sejak tahun 1980, pengurus, dan sekaligus trainer bagi para pelatih. Perjalanan panjang tersebut menginspirasi setiap kata yang tertuang dalam buku ini. Idealisme sekaligus kepedulian terhadap masa depan prestasi badminton Indonesia adalah keyakinan yang tidak bisa ditawar,” ungkap mantan pelatih Hariyanto Arbi dan Denny Kantono.
Basri Yusuf mengatakan, konsep pelatihan yang tepat mampu mengatasi banyak masalah atau kesalahan yang biasa terjadi. Seperti rendahnya pelatihan atau pelatihan yang berlebihan (over training), pemberian beban dan intensitas latihan orang dewasa kepada atlet muda, sistem pelatihan yang tidak spesifik, program kompetisi dan pelatihan sesuai usia, hingga kelalaian dalam melatih gerakan dan keterampilan.
“Saya berharap dengan adanya buku ini dapat menjadi referensi kepelatihan bulutangkis yang berorientasi pada mencetak atlet berprestasi kelas dunia. Oleh karenanya, praktik penerapan buku ini harus didasari pada kesadaran penuh bahwa tidak ada proses yang instan, melainkan kedisiplinan dan berkesinambungan yang terencana dengan baik,” jelas pemilik nama lengkap Akhmad Khafidz Basri Yusuf.
Sementara itu, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation yang juga Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin menyambut positif diluncurkannya buku “Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science”.
Menurutnya, karya ini penting bagi para pelatih usia dini agar diterapkan kepada atlet binaan, maupun orang tua untuk membaca buku ini sebagai panduan anaknya terjun sebagai atlet.
“Djarum Foundation mendukung penuh peluncuran buku ini. Kami menganggap ini merupakan hal penting sebagai bekal untuk aspek pelatihan atlet usia dini. Mungkin sudah banyak yang menerapkan sport science di lapangan, tapi pembahasan sport science dalam bentuk buku ini baru pertama kali,” kata Yoppy.
Yoppy menambahkan, bahwa PB Djarum juga telah menerapkan pendekatan sport science kepada atlet usia dini. Ia menganggap pentingnya pelatihan berbasis sport science dari segala aspek mulai dari aspek fisik, fisioterapi, nutrisi, psikologi, hingga menganalisa kemampuan lawan tanding. Di samping itu, terdapat pula perbedaan atlet yang menerapkan sport science dengan yang tidak.
“Yang paling jelas terlihat itu zamannya Hariyanto Arbi yang masih pakai ilmu titen bahasa Jawanya, itu hanya berdasarkan daya ingat saja. Nah sekarang dengan sport science bisa melihat kebiasaan lawan ketika bermain di lapangan lewat rekaman video. Apa kelemahan dan kelebihan lawan, itu ada presentasinya. Sehingga dari situ bisa digali dan di-review secara ilmiah,” ucapnya.
Lebih lanjut, Yoppy berharap dengan lahirnya buku karya Basri Yusuf ini, pendekatan sport science bisa lebih merata diterapkan oleh klub-klub bulutangkis di seluruh pelosok Indonesia, khususnya daerah terpencil.
“Nah buku ini penting karena memberikan ilmu dasar mengenai sport science sehingga nantinya pelatih maupun atlet jadi mengerti. Kalau bisa pelatih yang di daerah-daerah dan khususnya pelatih usia dini dapat menerapkan agar atletnya terbiasa untuk menerima sport science,” pungkas Yoppy. (NAF)