Kejuaraan bulutangkis BWF World Championships 2019 akan segera dimulai. Hari ini (19/8), kejuaraan yang sekarang dilaksanakan setiap tahun ini dimulai. Seluruh pemain terbaik yang dimiliki oleh Indonesia diberangkatkan ke Bassel, Swiss. Termasuk diantaranya, dua pemain putri andalan merah putih, Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani.
Melihat hasil pengundian ulang, memang terasa berat peluang bagi tunggal putri Indonesia. Baik Gregoria maupun Fitriani harus bertemu pemain-pemain kuat sejak babak awal. Tetapi inilah resiko yang harus dihadapi. Mau tidak mau, keduanya harus menjalaninya.
Minarti Timur selaku pelatih tunggal putri Pelatnas menyadari jika jalan terjal harus dilalui oleh anak didiknya. Tetapi ia tetap optimis, peluang sekecil apapun tetap ada dan harus dimanfaatkan. “Peluang tetap ada. Kalau lihat dari draw bisa untuk Gregoria ke 16 besar, tapi habis itu ketemu Ratchanok. Dengan Ratchanok sudah lima kali kalah. Ratchanok menurut saya sudah matang dan bolanya nyusahin. Untuk tunggal putri menurut saya yang bolanya menyusahkan itu Ratchanok dan Tai Tzu Ying. Berapa kali bola-bola mereka susah untuk pemain Indonesia. Cuma tidak menutup kemungkinan untuk bisa menang. Peluang menang masih ada, 40:60. Kalau mau menang lawan mereka itu harus benar-benar tahan dan siap, harus benar-benar fokus,” ujarnya seperti yang disampaikan kepada badmintonindonesia.org.
Sesuai skenario, Gregoria diprediksi akan bertemu dengan Busanan Ongbamrungphan terlebih dahulu di babak kedua sebelum akhirnya menghadapi ratu bulutangkis Thailand Ratchanok Inthanon di babak ketiga. Sementara Fitriani, jika bisa menjinakkan Yvone Li dari Jerman, maka akan menjamu unggulan kedua dari China Taipei Tai Tzu Ying pada babak kedua.
“Untuk Fitriani, redraw kemarin cukup mengagetkan. Tapi mau tidak mau siapapun lawan yang dihadapi ya harus siap. Dari pikiran, mental semua harus dipersiapkan. Harus mau maksain di lapangan,” sambungnya.
Minarti berharap kedua pemain Indonesia ini bisa lebih mengatasi masalah non teknis. “Persiapan sudah lumayan bagus. Tinggal di lapangannya gimana mereka bisa mengatasi semua itu. Soalnya kalau dilihat dari fisik, teknik semua hampir sama. Cuma lawan mereka lebih matang, lebih dewasa, pada poin-poin kritis mereka bisa lebih megang poin dibanding atlet kita,” pungkasnya. (AR)