Sumber foto (1): blogs.bettor.comPekan depan seluruh mata dunia bulutangkis akan tersita ke ajang bergengsi All England. Kejuaraan ini menjadi salah satu kejuaraan paling tua di ranah bulutangkis, dimana kejuaraan ini telah dimulai lebih dari satu abad silam. Lebih tepatnya tahun 1899, dimana All England pertama kali digelar dengan hanya mempertandingkan nomor ganda yakni ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Dalam perjalanannya, All England pernah vakum dua kali. Yakni selama masa perang dunia pertama, dimana kejuaraan tidak digelar pada tahun 1915 – 1919 dan saat perang dunia kedua yang menyebabkan turnamen tidak digelar tahun 1940 – 1946.
All England telah menjadi kejuaraan paling ditunggu disepanjang penyelenggaraannya. Bahkan kejuaraan ini seakan menjadi “kejuaraan dunia” sampai akhirnya BWF memiliki kejuaraan dunia sendiri pada tahun 1977. Namun, tentu hal itu tidak menurunkan gengsi dari All England itu sendiri.
Indonesia sendiri sudah memulai sejarah bulutangkis dan menobatkan diri sebagai negeri bulutangkis setelah para punggawanya berhasil mencatatkan berbagai sejarah diajang paling penuh sejarah itu. Indonesia pertama kali mengukirkan sejarah melalui sabetan Tan Joe Hok pada tahun 1960. Dimana kala itu, untuk pertama kalinya terjadi all Indonesian final. Joe Hok berhasil mengalahkan Ferry Souneville dalam tiga game 15-8, 10-15 dan 15-3.
Kemudian Rudy Hartono semakin memantapkan posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan superior di bulutangkis. Hal ini ia lakukan setelah berhasil mencetak rekor dengan tujuh kali memenangkan All England secara berturut-turut pada tahun 1968-1974. Rudy menggenapkan kemenangannya menjadi delapan kali setelah di tahun 1976 dimana ia kembali menjadi juara All England usai mengalahkan Liem Swie King. Total selama karirnya, Rudy berhasil menjadi juara All England sebanyak delapan kali dan menjadi runner up sebanyak dua kali.
Liem sendiri berhasil menjuarai ajang ini sebanyak tiga kali yakni tahun 1978, 1979 dan 1981. Sementara tunggal putra lain yang pernah menjadi juara All England lainnya adalah atlet binaan PB Djarum, Ardi Wiranata dan Hariyanto Arbi. Ardi menjadi juara tahun 1991. Sementara Hariyanto yang terkenal dengan pukulan smash 100 watt nya ini berhasil menjadi juara All England tahun 1993 dan 1994. Setelah Arbi belum ada lagi tunggal putra Indonesia yang berhasil menjadi juara di ajang negeri Ratu Elizabeth ini. Terakhir Taufik Hidayat berhasil menembus babak final dua kali di tahun 1999 dan 2000, kala itu ia kalah dari Peter Gade dan Xia Xuanze.
Sedangkan pebulutangkis terbanyak meraih gelar selain Rudy Hartono yang mengumpulkan delapan gelar juara, ada pula Erland Kops dari Denmark yang berhasil menjadi juara di sektor tunggal putra sebanyak tujuh kali. Disusul oleh Frank Delvin dari Irlandia dengan enam gelar, Ralph CF Nichols dari Denmark dan Lin Dan dari China dengan lima gelar tunggal putra. (IR)