Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Tangis Haru Sang Wartawan
08 Juni 2020
Tangis Haru Sang Wartawan
 
 

Menjadi bagian dari catatan sejarah pastinya akan menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi sejarah yang ditorehkan merupakan tinta emas perjalanan kejayaan bulu tangkis Indonesia. Rasa inilah yang masih tersimpan di hati wartawan senior, Daryadi. Ia yang kerap tampil wara wiri pada layar televisi sebagai komentator siaran bulutangkis menuturkan bagaimana dirinya bangga menjadi saksi hidup kejayaan bulu tangkis Indonesia.

Kesempatan meliput Olimpiade Barcelona pada tahun 1992 tidak ia sia-siakan. Apalagi ini merupakan Olimpiade dimana cabang olahraga bulu tangkis mulai dipertandingkan pertama kali secara resmi. Untuk memudahkan komunikasi selama di Spanyol, iapun mulai mempelajari bahasa dari negeri yang terkenal dengan Matador ini.

“Setahun sebelumnya saya belajar bahasa Spanyol di Jakarta. Ketemu gurunya di kedutaan besar Spanyol. Jadi memang benar-benar persiapan untuk berangkat ke Olimpiade Bacelona,” ujarnya.

Menyaksikan  pertandingan babak final antara Susy Susanti melawan Bang Soo Hyun dari Korea  secara langsung dari sisi lapangan membuatnya tegang.

Waktu itu tugas motret. Jadi motret sekalian nonton. Tetap tegang, karena kita ngikutin poin demi poin,” kenangnya.

Sampai akhirnya sang maestro bulu tangkis putri Indonesia berhasil meraih medali emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Keharuan mulai menyelimuti dirinya, apalagi saat bendera merah putih berkibar dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan.

Suasana sangat hikmat dan mengharukan ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya bareng-bareng,” tuturnya.

Saking harunya, ia tidak merasakan air mata yang tau-tau membasahi kedua pipinya.

Di negara orang, di Eropa, kita bisa berjaya. Ga terasa tiba-tiba bisa nangis disitu,” ungkapnya.

Kenangan mendalam ini yang menjadikan salah satu alasan baginya membuat majalah khusus bulutangkis. Idealismenya muncul dengan harapan agar majalah yang diasuhnya dapat menjadi salah satu referensi bagi para pemain dan pecinta bulutangkis.

Saya melihat Indonesia dikenal sebagai negara bulutangkis. Ko’ ga ada sih media cetak yang khusus fokus di bidang bulu tangkis,” katanya.

Ia pun dengan berani maju menerbitkan majalah bulutangkis dengan harapan suatu hari nanti lembaran sejarah bulu tangkis Indonesia dapat terdokumentasi dengan baik dan lebih rapi hingga saatnya nanti para pemain seperti Ahsan, Hendra, Kevin dan lainnya dapat melakukan kilas balik dengan melihat majalah yang ia pimpin. (AR)