Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > [Legenda PB Djarum di All England] Ardy, Si Bola Karet
04 Maret 2022
[Legenda PB Djarum di All England] Ardy, Si Bola Karet
 
 

Rambut panjang, main ngotot, selalu mengejar ke mana pun shuttlecock datang ke arah lapangannya. Dialah Ardy Bernadus Wiranata, pemain bulutangkis andalan Indonesia di era 90an. Dia memang dikenal dengan julukan “Si Bola Karet”, pemain yang rajin berlari ke sudut lapangan menjaga areanya. Ardy pula yang melanjutkan tradisi meraih gelar juara tunggal putra dari All England. Setelah Lim Swie King terakhir pada tahun 1981, Ardy membawa pulang kembali gelar juara sepuluh tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1991.

Kisah Ardy menjadi juara masa itu penuh kejutan. Ada sang juara bertahan Zhao Jianhua dari China hadir di All England 1991. Tak hanya itu, di sana juga ada pemain terbaik Denmark, Morten Frost Hansen. Pemain Malaysia, Foo Kok Keong juga turut meramaikan bursa calon juara. Rekan-rekannya sesama pemain Indonesia juga siap menebar ancaman. Ada Joko Supriyanto, Alan Budi Kusuma, Hermawan Susanto, dan Eddy Kurniawan.

Keras memang jika melihat undian All England 1991. Terbukti, Joko Supriyanto terjungkal di babak kedua oleh Zhao Jianhua. Alan Budi Kusuma terhenti di tangan Zhao Jian Hua pada babak perempat final. Hermawan Susanto dan Eddy Kurniawan juga mendapat nasib serupa Joko. Hermawan dihentikan Foo Kok Keong di babak kedua. Eddy Kurniawan juga kalah dari Stephen Buttler asal Inggris di babak yang sama.

Ardy memulai babak pertama juga dengan susah payah. Liu Jun memaksa pemain asal PB Djarum harus bertanding tiga game sampai akhirnya menang dengan skor 14-17, 15-5, 15-12. Usai menang 15-3, 15-5 di babak kedua dari pemain Denmark, Kent Waede Hansen, Ardy kembali menang 15-12, 15-6 dari pemain Denmark lainnya, Peter Esperen. Salah satu musuh bebuyutan Ardy, Thomas Stuer Lauridsen juga ditaklukkan dalam dua game 15-11, 15-3, pada babak delapan besar.

Perlawanan ketat lagi-lagi harus dilalui Ardy. Wu Wenkai, pemain asal China membuat Ardy memeras keringat lebih banyak lagi. Ardy harus menang rubber game 8-15, 17-16, 15-5 di babak semifinal. Pada partai puncak, Ardy harus bertemu dengan andalan dari Malaysia, Foo Kok Keong. Tak perlu berlama-lama di karpet hijau, Ardy mentas sebagai juara dengan menaklukkan pemain Malaysia, 15-12, 15-10.

Ardy pernah juga menjadi finalis pada tahun 1994, tetapi kala itu ia dikalahkan rekannya Hariyanto Arbi dalam babak puncak. Ardy juga pernah menapak sampai babak semifinal pada All England 1989. Hanya sayang langkahnya dijegal jagoan Denmark, Morten Frost Hansen 5-15, 7-15. (AR)