Wawancara
Home > Berita > WAWANCARA > [Astec Open 2019] Livio, Dari Kota Tinutuan Bertekad Taklukan Dunia
03 Juli 2019
[Astec Open 2019] Livio, Dari Kota Tinutuan Bertekad Taklukan Dunia
 
 

Tak banyak anak yang baru berusia 11 tahun berani untuk jauh dari orangtua atau keluarganya. Namun tidak demikian bagi Livio Cicero Benedicto Paat. Ia rela jauh dari tempat kelahirannya, Manado atau yang dikenal sebagai kota Tinutuan, menuju Kudus demi mengejar cita-citanya menjadi seorang pebulutangkis handal dunia.

Livio adalah 1 dari 23 atlet yang dinyatakan lulus menerima Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018. Kepastian itu ia dapat usai melewati tahap terakhir, Karantina Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 pada September lalu. Sejak itulah Livio menjalani kehidupan baru dan berada di tempat yang baru.

Hampir satu tahun tinggal jauh dari orangtua, keluarga, dan teman di tempat kelahirannya, Livio pun berkesempatan menceritakan pengalamannya ketika ditemui sesaat setelah melakoni pertandingan di Astec Open 2019 siang tadi, Rabu (3/7), di Sport Hall UPI, Bandung.

"Hampir satu tahu saya tinggal jauh dari orangtua. Tentunya sedih, tetapi saya harus kuat untuk berjuang demi masa depan dan cita-cita saya," kata Livio yang pada babak ketiga tadi mampu menang atas Muhammad Ibrahim Razavi dan berhak melaju ke babak 16 besar.

Baca juga : [Astec Open 2019] Putra/Jesica Incar Gelar Kedua

Ketika ditanya apa cita-cita terbesarnya hingga berani untuk tinggal di tempat baru di usianya yang masih belia, atlet kelahiran Manado, 16 Januari 2008 itu menjawab, "Saya ingin menaklukan dunia dengan menjadi atlet bulutangkis handal. Saya ingin seperti Taufik Hidayat, yang bisa dikenal dengan prestasinya yang selalu mengharumkan nama Indonesia. Saya ingin seperti dia."

Sejak dinyatakan lulus menerima beasiswa, Livio mengaku baru dua kali pulang ke Manado yakni saat Natal dan Idul Fitri. Ia pun tak malu menceritakan pengalamannya pernah menangis di asrama ketika tak kuasa menahan rasa rindu pada orangtuanya di Manado.

"Pernah nangis waktu itu karena saya gak kuat rindu sekali dengan orangtua saya. Tetapi saya beruntung mempunyai teman-teman di asrama PB Djarum yang sayang sama saya. Mereka mencoba menenangkan dan menghibur saya, sampai akhirnya saya jadi gak inget lagi dan kembali happy," papar Livio.

Meski begitu, juara Astec Open 2017 di Makassar itu mengaku dirinya semakin betah tinggal di asrama PB Djarum, Kudus.

"Makin sini saya main betah di Kudus, karena mungkin saya mempunyai teman dan pelatih yang baik. Mereka juga asyik, sering mengajak bercanda," jelasnya. (ah)

Baca juga : [Astec Open 2019] Sengit! Patra/Rista Melaju