Tahun 2013 sepertinya akan menjadi awal baru bagi karier seorang Thomi Azizan Mahbub. Ia mulai beranjak ke kelas dewasa, tak lagi di kelas taruna.
Sepanjang tahun 2012 lalu, Thomi memang sudah mencoba berkiprah di kelas dewasa nasional, namun ia juga turut bertarung diajang yunior internasional. Ia mampu mengukir beberapa prestasi yang cukup baik. Diantaranya di tur eropa awal tahun 2012 lalu, ia berhasil menjadi runner up di German Junior 2012 dan semifinalis di Dutch Junior 2012.
Di ajang Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) justru Thomi tak lagi turun dikelas taruna, tapi ia bertarung dikelas dewasa. Tak perlu menunggu sampai satu tahun Djarum Sirnas kelas dewasa ia ikuti, ia sudah mencuri gelar pertama di salah satu kelas paling bergengsi diajang Djarum Sirnas. Atlet yang lahir tahun 1994 ini sukses menjadi jawara di Djarum Sirnas Banten 2012 dan mulai menjajarkan diri dengan pasukan tunggal putra elit diajang ini seperti Alamsyah Yunus ataupun Senatria Agus Setia Putra yang merupakan langganan juara ajang ini.
Dengan meraih gelar pertamanya dikelas dewasa, ia pun berhak mengantongi pundi rupiah yang tak sedikit. Dengan menjadi juara di kelas dewasa, ia berhak atas uang tunai sebesar Rp 16 juta, tentu bukan jumlah uang yang sedikit untuk anak seusianya. Namun, saat ditanya akan diapakan uangnya, ia hanya tersenyum dan berujar bahwa uang itu akan ia tabung.
Di tahun 2012, Thomi pun berhasil menjadi wakil merah putih untuk berlaga di ajang Kejuaraan Dunia Yunior. Sayang, berlabel unggulan 9/16 Thomi harus terhenti dibabak 16 besar ajang ini.
Di bulan terakhir tahun 2012, Thomi pun menutupnya dengan berhasil menciptakan all PB Djarum final di Kejuaraan Nasional perorangan taruna. Namun, ambisinya untuk menjadi juara nasional harus kandas ditangan rekan satu timnya, Ihsan Maulana Mustofa.
Kegagalan di Kejurnas itu tak lantas membuatnya berkecil hati. Menjadi runner up di salah satu kejuaraan paling bergengsi tanah air pun sudah menjadi prestasi tersendiri. Ia yakin bahwa masih banyak kejuaraan yang ingin ia menangkan, banyak atlet yang ingin ia kalahkan, dan tentu keinginan untuk bisa terus berprestasi lebih baik lagi dibanding tahun sebelumnya. (IR)