Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > [Profil Alumni] Yuni Kartika
25 Februari 2013
[Profil Alumni] Yuni Kartika
 
 

Parasnya yang cantik sering hadir menghiasi layar kaca. Nama Yuni Kartika selepas pensiun dari dunia bulutangkis memang sangat familiar dengan televisi. Ia sering tampil menjadi pembawa acara siaran langsung atau tunda tayangan bulutangkis. Selain memiliki wajah yang cantik, ia pun pandai mengolah kata. Namun sebelumnya, saat ia masik aktif bermain, ia juga pandai mengolah penempatan suttlecock.

Yuni menjadi pemain penerus Susi Susanti di kancah Invitasi Dunia Yunior dan juga bulutangkis putri Indonesia. Pukulan Chop Yuni menjadi senjata andalannya. Banyak pemain yang sukar menebak arah pukulannya. Nama Yuni mencuat setelah ia menjadi juara pada kejuaraan German Open Junior di tahun 1990. Berbekal juara di Jerman pulalah, ia terpilih mewakili Indonesia pada Invitasi Kejuaraan Dunia Yunior di tahun 1990. Yuni mampu menjawab kepercayaan ini dengan mempersembahkan gelar juara.

Di tahun 1991, ia harus berhadapan dengan seniornya di Pelatnas, Sarwendah Kusumawardani pada kejuaraan Dutch Open. Ia harus menyerah di babak semifinal dari Sarwendah. Padahal dibabak perempat final,  ia bisa mengalahkan pemain Swedia berdarah China, Lim Xiaoqing.

Di sepanjang tahun 1992, ia sempat menjadi finalis Malaysia Open. Langkahnya menuju partai puncak di lalui dengan mengalahkan pemain kuat saat itu, Ye Zhaoying (China) dan Lee Heung Soon (Korea). Ia hanya kalah dari Huang Hua di babak final. Menjadi semifinalis Indonesia Open pun pernah ia cicipi. Lagi-lagi Sarwendah Kusumawardani yang mengalahkannya di babak semifinal.

Di tahun 1993 ia sempat mengikuti kejuaraan dunia. Sayang pemain Korea Selatan Lee Heung Soon yang pernah dikalahkannya, bisa berbalik unggul di babak kelima.

Menjadi dua kali semifinalis sempat ia rasakan di tahun 1994. Di kejuaraan Swedia Open, ia terhenti di babak semifinal setelah kalah oleh Kim Ji Hyun dari Korea Selatan. Dari turnamen dalam negeri, ia kembali terhenti di babak semifinal. Kejuaraan Indonesia Open membuatnya harus puas menjadi semifinalis setelah dihentikan oleh Susi Susanti. 

Susi pula yang menghentikan aksinya di kejuaraan Indonesia Open 1996. Pertemuan kedua pemain kebanggaan Indonesia terjadi lagi di babak semifinal. Masih di tahun yang sama Ia pun juga sempat menjadi semifinalis di kejuaraan German Open.

Yuni Kartika juga sempat menjadi bagian dari tim piala Uber Indonesia. Tercatat dua kali ia menjadi anggota tim piala Uber Indonesia. Dari dua kali keikutsertaanya di piala Uber, ia bersama rekan-rekannya sempat merebut piala Uber di tahun 1994. Di keikutsertaannya yang pertama di tahun 1992 ia dan tim hanya bisa menjadi semifinalis. Yuni juga menjadi bagian tim putri Indonesia yang sukses merebut medali perak beregu putri di kejuaraan Asian Games Hiroshima 1994.

Ia menjadi satu di antara sekian pemain bulutangkis yang berhasil menyelesaikan kuliah. Setelah tak lagi mengayunkan  raket, ia memutuskan untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Kini kesibukan yang lain adalah menjadi ibu rumah tangga dan mengurus tiga putra putrinya. (AR)