Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Ingin Ciptakan Atlet Juara Dunia dan Juara Olimpiade
27 Mei 2020
Ingin Ciptakan Atlet Juara Dunia dan Juara Olimpiade
 
 

Merasa karirnya di tingkat senior tidak mengalami perkembangan, akhirnya Engga Setiawan yang kala itu baru berusia 20 tahun mencoba mencari peruntungan menjadi pelatih di klub PB Djarum.

Kepada tim pbdjarum.org, Engga menceritakan awal dirinya memutuskan menjadi pelatih diusianya yang terbilang masih cukup muda yaitu 20 tahun. Pelatih tingkat anak-anak dan pemula itu mengungkapkan bahwa usai keluar dari Pelatnas PBSI 2010 lalu, ia memutuskan gantung raket dan menjadi pelatih.

"Setelah keluar dari Pelatnas tahun 2010 lalu, saat itu usia masuk 20 tahun. Dan merasa karir di tingkat senior tidak berkembang lalu mutusin gantung raket dan mencoba dunia baru jadi pelatih di PB Djarum," jelas Engga.

Menjadi pelatih, tentunya bagi pemuda kelahiran Surakarta 1990 ini memiliki alasan tersendiri. Banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapinya. Namun karena sudah terlanjur mencintai dunia bulu tangkis, Engga termotivasi untuk menciptakan seorang atlet juara dunia dan juara Olimpiade dari klub PB Djarum.

"Karena pelatih hal yang saya cintai, jadinya enak-enak saja. Walau masih banyak tantangan dan rintangan pastinya. Tetapi saya ingin merasakan secara langsung perjalanan proses seorang atlet meraih mimpinya menjadi seorang juara. Jadi saya berharap menciptakan seorang juara dunia dan juara Olimpiade disektor tunggal untuk Indonesia khususnya dari atlet PB Djarum," lanjut Engga.

Untuk mencetak seorang atlet yang berprestasi tentunya tidak mudah. Engga harus melalui beberapa kendala yang harus dihadapinya. Bahkan Engga pastinya memiliki cerita suka duka selama mengeluti sebagai seorang pelatih.

"Ya kendalanya itu tanggung jawab tinggi terhadap masa depan seorang atlet, harus siap dengan target yang tinggi. Karena susahnya membuat program yang baik dan pas untuk setiap atlet yang ditangani. Padahal atletnya tidak sedikit dan setiap tahunnya ada generasi baru. Dan repotnya lagi mendidik karakter anak-anak di dalam dam di luar lapangan." tuturnya lagi.

"Bicara soal suka dukanya. Ya dukanya ketika melihat anak didik kalah pertandingan. Lalu ketika harus ketemu atlet yang spesial karakternya sehingga harus terus menerus menasehati dan mendidiknya agar jadi lebih baik karakternya. Dan merasa sedih kalau harus melihat atlet kangen dengan orang tua sampai nangis jadi ikut sedih dan tidak tega tetapi harus terlihat tegar dan hadir di samping mereka untuk menguatkannya. Nah kalau sukanya itu ketika dapat melihat anak didik menjadi juara dan ketika mereka yang dilatih memiliki semangat dalam latihan," sambungnya lagi.

Engga menambahkan kalau dirinya selama ini tidak memiliki sosok idola pelatih yang didambakannya, justru lebih memilih, mempelajari serta memilah milah hal baik dan apa yang bisa dipetik dari semua pelatih.

"Ya baik itu dari pelatih Pelatnas dan pelatih klub-klub besar lainnya serta pelatih klub-klub kecil, bahkan terkadang saya juga belajar dari pelatih cabang olahraga lain," tutup Engga. (ds)