Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Antonius Budi Ariantho, Dari Pemain Menjadi Pelatih
31 Januari 2013
Antonius Budi Ariantho, Dari Pemain Menjadi Pelatih
 
 

PB Djarum telah melahirkan banyak talenta pemain bulutangkis handal. Salah satu nama yang patut di kedepannya adalah Antonius Budi Ariantho yang melesat ke kancah pentas bulutangkis dunia. Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 42 tahun yang silam, Antonius berpasangan dengan pemain yang juga berasal dari klub PB Djarum, Denny Kantono. Antonius dan pasangannya Denny Kantono muncul bersamaan dengan masih bermainnya pasangan fenomenal Ricky Subagja/Rexy Mainaky. Mereka juga saling bahu membahu dengan andalan Indonesia lainnya Sigit Budiarto/Candra Wijaya untuk merebut gelar juara.

Melihat daftar prestasi yang pernah di torehkan Antonius memang tidak pernah lepas dari rekannya, Denny Kantono. Ia lebih banyak bersama Denny meski juga sempat dicoba berpasangan dengan Candra Wijaya dan Ricky Subagja di penghujung karirnya.

Prestasi yang paling menonjol dari  Antonius ketika ia berhasil merebut medali perunggu pada Olimpiade Atlanta , Amerika Serikat di tahun 1996. Usai mengalahkan pasangan dari Rusia Andrey Antropov/Nickolai Zuev di babak perempatfinal, Antonius kandas di babak semifinal dari pasangan Malaysia Cheah Son Kit/Yap Kim Hock. Beruntung dalam perebutan medali perunggu, ia unggul dari pasangan Malaysia lainnya Soo Beng Kiang/Tan Kim Her.

Antonius yang sempat menduduki peringkat satu dunia bersama pasangan tetapnya Denny Kantono. Di tahun 1996, ia pun mampu mendulang gelar juara dari Invitasi Piala Dunia. Menjadi semifinalis All England pun sempat ia cicipi di tahun yang sama.

Di tahun 1997 ia hanya menyumbangkan satu gelar juara dari kejuaraan Asia. Prestasi terbaik lainnya di tahun ini hanyalah menjadi runner up Malaysia Open serta menjadi semifinalis Indonesia Open. Di tahun berikutnya Antonius sepi dari gelar. Ia hanya sempat menjadi runner up pada Japan Open serta dua kali menjadi semifinalis masing-masing pada kejuaraan Konika Cup Singapore dan kejuaraan Indonesia Open


Di awal tahun 1999 prestasi manis di torehkannya. Ia mampu menjadi kampiun pada kejuaraan Chinese Taipei Open. Di tiga turnamen besar seperti Japan Open, Danish Open dan China Open namanya tercatat sebagai semifinalis.

Perombakan pasangan yang di lakukan di kubu Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) pada tahun 2000 membuat Antoinus harus berpisah dengan Denny Kantono. Ia pun mulai di coba di padu padankan dengan pemain lain. Candra Wijaya menjadi tandem pertama pasca perpisahaanya dengan Denny Kantono. Prestasi yang di torehkanpun cukup mengesankan. Dua kali mereka menjadi semifinalis. Yang pertama pada kejuaraan Malaysia Open, sedangkan satu lagi pada kejuaraan Asia. Ricky Subagja sempat juga di sandingkan dengannya. Tiga kali mereka di terjunkan di kejuaraan bertaraf Internasional. Hasil terbaik yang di raih bersama Ricky Subagja pada kujaraan All England. Mereka mampu bertahan diantara pemain muda hingga babak ketiga.

Kini, setelah ia gantung raket, kegiatan utamanya adalah menjadi pelatih. Antonius menjadi pelatih inti di PB Djarum yang menangani ganda putra. Dari tangan dinginnya telah banyak lahir para pemain handal. Diantaranya pasangan Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki. Ia menjadi pelatih yang mampu menghantar Rian/Yonathan untuk bisa meraih gelar juara pada kejuaraan Dutch Open 2007. “Saya bangga karena pada saat kondisi mereka yang kurang fit mereka bisa mengatasinya dan mereka bisa menyelesaikan pertandingan itu dengan hasil yang tidak saya duga,” ujarnya.

Antonius pun kini tengah berupaya mencari bibit-bibit muda baru yang akan menjadi penerus kejayaan bulutangkis Indonesia. (AR)