Shuttlecock, terutama yang digunakan dalam pertandingan profesional, dibuat melalui proses yang sangat teliti untuk memastikan kualitas dan performa optimal.
Langkah pembuatannya dimulai dari pemulihan bahan. Bulu shuttlecock biasanya diambil dari bulu sayap kiri angsa atau bebek. Sayap kiri dipilih karena menghasilkan putaran shuttlecock yang lebih konsisten saat melayang. Hanya bulu berkualitas tinggi yang digunakan, biasanya diambil dari burung yang lebih tua untuk daya tahan lebih baik.
Sementara dasar shuttlecock dibuat dari gabus alami yang diperoleh dari kulit pohon gabus. Gabus ini dilapisi kulit tipis untuk menjaga bentuknya dan menambah daya tahan.
Setelah itu proses dilanjutkan dengan pemotongan dan pemilihan bulu. Bulu dipotong hingga panjang standar, sekitar 62-70 mm. Hanya bulu yang simetris, lurus, dan tidak cacat yang digunakan. Biasanya setiap shuttlecock terdiri dari 16 bulu, yang disusun dalam lingkaran dengan jarak yang presisi.
Selanjutnya proses pembuatan shuttlecock dilakukan dengan merakit bulu pada gabus. Dasar gabus dilubangi, kemudian bulu dimasukkan satu per satu dengan sudut yang tepat. Bulu diikat menggunakan benang nilon atau lem khusus untuk menjaga posisi bulu agar stabil.
Setelah selesai, shuttlecock akan diuji kualitasnya untuk memastikan keseimbangan, stabilitas, dan daya tahan. Dalam uji aerodinamika, shuttlecock dipukul untuk memeriksa kecepatan dan putarannya di udara.
Inovasi dalam Bahan Shuttlecock
Seiring perkembangan teknologi dan perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan, beberapa inovasi telah muncul, seperti shuttlecock sintetis dan gabus sintetis.
Shuttlecock sintetis dibuat menggunakan bahan seperti plastik atau nilon untuk menggantikan bulu alami. Kelebihannya, shuttlecock sintetis bisa lebih tahan lama dibanding shuttlecock bulu. Selain itu, biaya produksi lebih rendah dan tidak memerlukan burung sebagai sumber bahan baku, sehingga lebih ramah lingkungan.
Namun kekurangannya, aerodinamika shuttlecock sintetis belum bisa sepenuhnya menyaingi shuttlecock berbulu alami.Selain shuttlecock sintetis, beberapa produsen menggantikan gabus alami dengan busa EVA (ethylene vinyl acetate) atau bahan sintetis lainnya. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada pohon gabus dan biaya produksi.
Perkembangan teknologi juga membawa desain aerodinamika yang canggih pada shuttlecock. Beberapa shuttlecock kini dirancang menggunakan perangkat lunak simulasi untuk menciptakan aerodinamika yang lebih baik. Desain ini memastikan shuttlecock tetap stabil meskipun digunakan dalam kondisi angin ringan.
Meski shuttlecock sintetis terus berkembang, shuttlecock berbulu alami tetap menjadi standar untuk turnamen internasional karena aerodinamika yang superior. (NAF)